Des Moines (ANTARA) - Pertanian dapat menjadi kekuatan untuk menjalin koneksi, bukan konfrontasi, demikian disampaikan seorang pakar pertanian Amerika Serikat (AS).
"Dalam bidang pertanian, kita selalu menemukan kesamaan," kata mantan Presiden World Food Prize Foundation Kenneth Quinn.
Ia meyakini bahwa pertanian lebih dari sekadar perdagangan, pertanian adalah diplomasi. Ia memperingatkan bahwa memperlakukan perdagangan sebagai bentuk pengaruh politik berisiko merusak niat baik yang telah terjalin selama puluhan tahun.
Profesor Teknik Pertanian dan Biosistem di Iowa State University Charles Hurburgh mengatakan bahwa pembatasan perdagangan menimbulkan lebih banyak kerugian alih-alih manfaat di sektor yang bergantung pada perencanaan jangka panjang dan kerja sama global.
"Perekonomian Iowa sebagian besar berupa sektor pertanian, yang memang baik saat kondisi stabil. Namun, di masa-masa yang penuh ketidakpastian, hal ini membuat kita lebih rentan," ujarnya.
Dengan pengalaman puluhan tahun dalam hal kualitas biji-bijian, pemasaran, dan sistem pasokan makanan, Hurburgh mengatakan kepercayaan sangat penting dalam pertanian internasional.
Lebih lanjut, Quinn mempercayai bahwa pertanian masih menjadi kekuatan pemersatu bagi AS dan China.
"Gedung ini," katanya merujuk World Food Prize Hall of Laureates, "telah menyaksikan ratusan petani, ilmuwan, dan mahasiswa yang percaya akan hal yang sama, yakni pangan menghubungkan manusia. Jika kita mengingat hal itu, masih ada jalan ke depan."
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.