Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur di suatu daerah berpotensi untuk mendukung pengembangan layanan wisata tematik seperti kesehatan dan kebugaran.
"(Pembangunan) infrastruktur juga membuka frontier baru dan juga membuka pariwisata tematik baru yang permintaannya sedang tumbuh hingga kini, termasuk kesehatan dan kebugaran," kata Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dalam acara International Conference of Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Kamis.
Widiyanti menyampaikan peluang besar tersebut membuat Pemerintah Indonesia membangun Sanur Special Economic Zone di Bali dan Batam International Health and Tourism Special Economic Zone di Kepulauan Riau.
Sanur Special Economic Zone dibeberkan telah mengamankan investasi sebesar Rp4,25 triliun sampai dengan hari ini. Widiyanti berharap pada tahun 2045 zona itu dapat memberikan pemasukan pada pendapatan negara lebih dari Rp20 triliun.
Kemudian pada Batam International Health and Tourism Special Economic Zone diharapkan dapat memberikan kontribusi sebesar 1,03 persen atau sekitar Rp18,8 triliun pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Batam, dan menyediakan mata pencaharian bagi lebih dari 105 ribu pekerja.
Baca juga: Menpar bahas tantangan bangun infrastruktur pariwisata di ICI 2025
"Berbagai zone ekonomi khusus ini dirancang untuk memberikan layanan kesehatan dan integrasi dalam setting pariwisata.Jika dikembangkan dengan baik, maka mereka bisa membantu atau meningkatkan pembelanjaan domestik," kata dia.
Lebih lanjut Widiyanti mengatakan saat ini wisatawan mancanegara sangat memperhatikan aspek kesehatan dan lebih senang jika bisa mendapatkan pengalaman kesehatan yang logistik. Terlebih apabila pengalaman itu melibatkan budaya, tradisi dan alam dari negara yang dikunjungi.
"Indonesia mempunyai semua yang diperlukan untuk bersaing dalam industri pariwisata kesehatan," ucapnya.
Pemerintah sendiri sudah memiliki beberapa projek yang melibatkan mitra bisnis dari negara lain seperti jepang, untuk mendapatkan investor yang dapat membantu mengembangkan pasar yang sedang berkembang.
"Berbagai proyek ini masuk dalam misalnya mencakup spa Indonesia dan juga fasilitas tempat tinggal lansia yang menghasilkan minat besar dari berbagai investor termasuk perusahaan-perusahaan medis," tambahnya.
Baca juga: Kemenpar usulkan pembentukan tim lintas kementerian tangani Raja Ampat
Kementerian Pariwisata dan Kementerian Kesehatan juga sudah berkolaborasi untuk menyusun panduan wisata kesehatan yang tertuang dalam tourism guidline.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa terdapat potensi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 84 miliar dolar AS (sekitar Rp1.362 triliun) dari pariwisata kesehatan di Indonesia, sehingga menjadi peluang bagi investor yang mau berinvestasi.
Budi menyoroti publik menggunakan uangnya untuk tetap sehat. Ia mencontohkan usia rata-rata Indonesia adalah sekitar 70 tahun dan dapat menghabiskan uang hingga 140 dolar AS (Rp2,3 juta) per tahun untuk kesehatan.
Sehingga, katanya, pengeluaran total sebesar 40 miliar dolar AS (Rp648 miliar), dan diperkirakan akan terus meningkat tiap tahunnya karena populasi yang semakin menua.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menciptakan pariwisata kesehatan domestik untuk memanfaatkan potensi tersebut, mengingat banyaknya uang warga Indonesia yang dipakai untuk layanan kesehatan di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat yakni sekitar 10 miliar dolar AS.
Baca juga: Kemenpar ambil 3 langkah strategis atasi isu tambang nikel Raja Ampat
Baca juga: Menpar: Industri ekstraktif harus kedepankan pariwisata berkelanjutan
Baca juga: Kemenpar ajak mitra perkenalkan keindahan Indonesia lewat edutrip
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.