...Para penyiar muda adalah mitra strategis pemerintah dalam menyampaikan pesan keagamaan yang damai, toleran, dan sesuai konteks zaman

Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) mengukuhkan 60 orang dari 34 provinsi sebagai Agen Milenial Moderat (Moderate Millennial Agent) saat Inaugurasi MMA 2025 di Jakarta.

Mereka adalah para penyiar radio muda yang telah mengikuti pembinaan kompetensi yang intensif, dan kini siap menjadi garda depan narasi toleransi dan kerukunan di ruang-ruang siaran dan media sosial.

"Para penyiar muda adalah mitra strategis pemerintah dalam menyampaikan pesan keagamaan yang damai, toleran, dan sesuai konteks zaman," kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Abu Rokhmad di Jakarta, Kamis.

Abu Rokhmad mengatakan penyiar muda memiliki potensi besar dalam membentuk opini publik, terutama di kalangan generasi Z.

Baca juga: Kemenag ajak tokoh muda lintas agama jadi pelopor moderasi beragama

Ia menilai bahwa generasi muda memiliki jangkauan yang luas dalam menyebarkan pesan keagamaan. Sehingga penting untuk membumikan nilai-nilai moderasi beragama dalam setiap konten siaran.

"Para penyiar muda, punya kekuatan untuk menjangkau audiens lebih luas, terutama generasi yang seusia," kata dia.

Sementara itu, Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi menjelaskan bahwa MMA bukan sekadar produk pelatihan, tetapi merupakan gerakan strategis anak muda untuk menjaga nalar publik dan menyuarakan nilai-nilai agama yang damai, relevan, dan menyentuh hati.

"Hari ini kita menyaksikan lahirnya para agen muda yang siap memperkenalkan narasi agama yang moderat, damai, dan membumi di tengah masyarakat digital. Ini bukan sekadar seremoni, tetapi penanda gerakan," ujar Zayadi.

Baca juga: BRIN: Moderasi beragama juga diterapkan oleh penghayat kepercayaan

Ia menyebut setiap zaman memiliki medianya, dan setiap generasi membutuhkan agennya. Nabi Muhammad Saw. adalah agen transformasi peradaban.

Nabi menyapa umat dengan empati dan keteladanan. Hal tersebut menjadi pelajaran penting bahwa pengaruh lahir dari integritas, bukan sekadar kata-kata.

"Zaman sekarang juga membutuhkan agen seperti MMA, yakni para penyiar nilai, penjaga kesadaran kolektif, dan influencer spiritual yang menyuarakan pesan agama dengan cinta, bukan benci; dengan kedalaman makna, bukan sekadar viralitas," kata Zayadi.

Baca juga: Menag: Kerukunan umat beragama bisa ditularkan ke luar negeri

Baca juga: Kemenag: Orang Minangkabau telah terapkan moderasi beragama sejak dulu

Menurutnya, di era digital saat ini, menjadi influencer itu sangat mudah. Yang menantang justru adalah menjadi influencer spiritual, yakni sosok yang mampu menggerakkan hati, menyatukan nilai, dan menyampaikan pesan agama secara menyentuh dan membumi.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.