Kami percaya sinergi antar-institusi adalah kunci sukses pembangunan kesehatan berbasis SDM yang kokoh dan berkelanjutan

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan memperkuat program Fellowship Tuberkulosis (TB) dan infeksi mikobakterium lainnya untuk mengatasi isu kurangnya dokter spesialis paru di Indonesia, dan diharapkan dapat mempercepat pemerataan tenaga ahli dalam penanganan TB.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan di Jakarta, Kamis, saat ini ada tiga pusat Fellowship telah berjalan di Jakarta, Surabaya, dan Medan, dengan jumlah lulusan sekitar 10–11 dokter per semester. Namun, Indonesia baru memiliki sekitar 360 dokter spesialis paru secara nasional.

TB, katanya, merupakan masalah serius baik di tingkat nasional maupun global. Oleh karena itu, kata Dante, penanganan TB merupakan salah satu mandat prioritas dari Presiden Prabowo Subianto kepada Kementerian Kesehatan. Salah satu langkah strategis adalah peningkatan profesionalisme dokter melalui program Fellowship.

“Program Fellowship ini menjadi program penting terutama bagi masyarakat di daerah untuk menangani TB secara paripurna,” katanya.

Baca juga: Kemenkes pantau delapan desa perintis siaga TBC hingga Agustus 2025

Melalui Fellowship ini, katanya, diharapkan seluruh kabupaten kota di Indonesia memiliki dokter spesialis paru.

TB, katanya, masih menjadi penyebab jutaan kematian setiap tahun, terutama pada kelompok usia produktif. Selain berdampak pada kesehatan, TB juga memberikan beban besar terhadap ekonomi nasional. Untuk itu, pemerintah menetapkan penanggulangan TB sebagai prioritas nasional lintas sektor, mulai dari dunia pendidikan, praktisi kesehatan, hingga peran aktif masyarakat dan LSM.

“Kita berupaya menurunkan angka tuberkulosis ini hingga 50 persen,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Kolegium Kesehatan Indonesia Supriyanto Dharmoredjo, menambahkan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari strategi nasional eliminasi TB 2030. Model pengembangan SDM berbasis kebutuhan nasional terus diperluas dan diintegrasikan dengan transformasi sistem kesehatan.

Baca juga: 39 puskesmas Tangerang gencarkan tes mantoux, deteksi dini cegah TBC

“Kami percaya sinergi antar-institusi adalah kunci sukses pembangunan kesehatan berbasis SDM yang kokoh dan berkelanjutan,” kata Supriyanto.

Ketua Kolegium Mikrobiologi Klinik Yulia Rosa Saharman menyatakan bahwa program ini penting untuk mempercepat pemerataan dokter spesialis mikrobiologi klinik, khususnya di luar Pulau Jawa.

Dia juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung keberlanjutan program ini.

“Kami menekankan pentingnya mikrobiologi klinik berjenjang mulai tingkat dasar hingga tingkat lanjut agar diagnosis cepat dan akurat dapat diakses seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Yulia.

Baca juga: Dokter jelaskan bahaya pengobatan TBC yang terputus

Ketua Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) Arianti Anaya menambahkan, pihaknya aktif menyusun standar kompetensi, profesi, serta kurikulum pelatihan terkait TB bersama kolegium. Dia berharap program ini dapat terus dikembangkan hingga ke jenjang kompetensi yang lebih tinggi, sebagai solusi konkret mengisi kekosongan dokter spesialis maupun subspesialis.

Direktur Utama RS Persahabatan Agus Dwi Susanto menyambut positif program ini. Ia mengatakan RS Persahabatan telah memiliki laboratorium mikrobiologi yang terstandar dan poliklinik terpadu untuk TB dan non-TB dalam satu gedung.

Ruangan tersebut, katanya, menggunakan mekanisme tekanan negatif dan sudah mendapatkan standar akreditasi.

“Kami siap mendukung program Fellowship yang bekerja sama dengan kolegium mikrobiologi klinik,” tuturnya.

Baca juga: Dinkes Kepri temukan 24 ribu warga positif tuberkulosis

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.