Agar kereta api di Sulawesi Selatan ini, atau kalau perlu sampai Sulteng maupun sampai Sultra itu bisa terealisasi dengan baik, dan bisa bermanfaat bagi kepentingan masyarakat....
Maros (ANTARA) - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Haryo Soekartono meninjau langsung perkembangan infrastruktur dan perputaran perekonomian kereta api (KA) di Stasiun Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, dan berharap dapat dituntaskan.
"Ini salah satu stasiun transit yah. Sebenarnya ini adalah stasiun untuk menghubungkan antara Makassar ke Parepare. Di mana saat ini, kereta api rute Makassar-Parepare masih belum tuntas, belum selesai," katanya kepada wartawan saat meninjau di stasiun setempat, Kamis.
Oleh karena itu, pemerintah diharapkan agar menuntaskan rute KA Makassar-Parepare yang selama ini hanya beroperasi antarkabupaten Maros-Barru dan belum sampai di Kota Parepare maupun Kota Makassar.
"Ini yang kita sangat harapkan. Sehingga kereta api Makassar-Parepare ini betul-betul bisa bermanfaat untuk kepentingan masyarakat. Jadi, kita sangat mengharapkan dituntaskan, karena jumlah penduduk di Sulsel ini sangat besar dan mobilitasnya juga sangat tinggi," ujarnya lagi.
Menurut dia, dari informasi diperoleh pihak pengelola bahwa selama ini KA yang beroperasi hanya mengangkut penumpang tujuan Stasiun Mandai, Maros ke Stasiun Karongkong, Barru, begitupun sebaliknya. Bahkan, KA kini menjadi salah satu bagian destinasi wisata transportasi antarwilayah.
Hal itu tentunya perlu perhatian serius pemerintah, mengingat bila hanya mengangkut penumpang tanpa ditunjang pergerakan transpotasi pengiriman barang antardaerah, maka perputaran ekonomi akan sulit meningkat.
Ia mengemukakan, apabila rute KA Makassar-Parepare dituntaskan, tentu saja perputaran ekonomi di bidang jasa transportasi maupun perdagangan akan tumbuh berkembang.
Informasi dari Direktorat Jenderal Kereta Api (DJKA) telah dianggarkan pembangunan rel KA dari stasiun Mandai ke Makassar New Port (MNP) sepanjang 14 kilometer, namun tahun ini terkendala efisiensi. Meski demikian, Bambang mendorong agar jalur itu tetap dituntaskan segera.
"Jadi, Makassar ini sebagai hub, jalur udara maupun pelabuhan laut. Ini barang-barang yang ada (dari daerah), mesti menuju tempat kawasan industri dan pelabuhan atau sebaliknya. Jadi dibutuhkan kereta transportasi logistik maupun penumpang secara massal," katanya pula.

"Jadi, ini yang perlu segera dibenahi. Agar kereta api di Sulawesi Selatan ini, atau kalau perlu sampai Sulteng maupun sampai Sultra itu bisa terealisasi dengan baik, dan bisa bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, orang maupun barang," ujarnya menekankan.
Ditanyakan soal anggaran kelanjutan jalur KA tersebut, kata dia menambahkan, ada komisi lain di DPR membidangi itu, namun pihaknya juga berkepentingan melihat lebih jauh progres transportasi massal maupun logistik di Sulsel.
"Kita mengharapkan adanya transportasi massal logistik ini. Biaya logistik itu juga akan menjadi lebih murah. Sudah seharusnya pemerintah bisa merealisasikan untuk menuntaskan rel kereta ini, baik itu sampai ke Makassar New Port, maupun ke kawasan industri yang ada di wilayah ini," katanya menegaskan.
Kepala Balai Pengelola Kereta Api Sulsel Deby Hospital menyatakan, DJKA merupakan perpanjangan tangan di Sulsel dan sebagai bentuk negara hadir untuk ketersediaan infrastruktur transportasi dan tidak hanya fokus di Pulau Jawa.
"Ke depannya memang yang paling dekat itu di kami adalah menyambungkannya, mengintegrasikannya jalur KA dengan Pelabuhan Makassar New Port. Dapat kami sampaikan progres pengadaan tanah sudah 70 persen, mudah-mudahan bisa segera dirampungkan," ujarnya didampingi Manager KAI Makassar-Parepare Widhiasukma Dananjaya.
Baca juga: Menhub: Terbuka bagi swasta dalam lanjutan pembangun KA Sulawesi
Baca juga: Kereta Api Perintis Sulsel angkut 431.325 penumpang hingga September
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.