Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani menyebutkan potensi energi terbarukan Indonesia mencapai 3.700 gigawatt (GW), namun kapasitas terpasang saat ini baru sekitar 15 GW.

"Potensi Indonesia di sektor energi terbarukan itu sekitar 3.700 GW, tapi kapasitas yang sudah dipasang sekarang itu hanya 15 GW saja. Jadi memang kurang dari 1 persen yang sudah dipasang," kata Rosan dalam agenda International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Kamis.

Energi terbarukan mencakup tenaga surya, tenaga air, biomassa, dan panas bumi, dengan potensi paling besar terletak pada geotermal yang sebagian besar berada di Jawa dan Sumatera.

Geotermal dinilai sebagai investasi sangat menarik karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia dan belum banyak dimanfaatkan secara optimal.

"Kalau kita melihat misalnya dari tenaga surya, tenaga air, dan juga dari geotermal dan lain-lain. Terutama geotermal, ini adalah satu investasi yang sangat menarik, karena Indonesia adalah salah satu dari penghasil atau cadangan geotermal di dunia, terutama di Jawa dan di Sumatera," ujarnya.

Baca juga: IESR sambut baik peningkatan pembangkit energi terbarukan di RUPTL PLN
Baca juga: Wakil Ketua MPR: RUPTL 2025--2034 komitmen pembangunan berkelanjutan

Kementerian Investasi tengah mendorong percepatan pengembangan energi terbarukan dengan cara mereformasi kebijakan dan memangkas biaya-biaya yang membebani investor sektor energi bersih.

"Kita sudah mulai sebetulnya dengan membuat Undang-Undang Omnibus Law tahun 2021, dan kita akan selalu terus melakukan reformasi sehingga iklim investasi Indonesia akan membaik," ucapnya.

Menurut dia potensi besar itu harus segera diaktifkan, jika tidak maka akan menjadi peluang yang sia-sia dan membuat Indonesia tertinggal dalam transisi energi yang kini menjadi fokus global.

Investasi di sektor energi terbarukan juga dianggap strategis untuk menciptakan lapangan kerja baru yang ramah lingkungan serta memperkuat ketahanan energi nasional dari sumber daya lokal.

Rosan mengajak investor domestik dan global untuk memanfaatkan momentum ini dan bekerja sama membangun proyek energi bersih di Indonesia, khususnya di daerah dengan potensi besar namun akses terbatas.

"Jadi memang sekarang kita sudah sedang membangun satuan tugas untuk melakukan deregulasi, memastikan bahwa kita akan bisa memiliki iklim investasi yang lebih baik, dan juga investasi untuk Indonesia bisa dipercepat. Kalau tidak, potensi ini hanya menjadi potensi saja," kata Rosan.

Baca juga: Indonesia menargetkan 17--20 persen energi terbarukan pada 2025
Baca juga: PLN sebut baterai jadi komponen penting dalam RUPTL 2025–2034

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.