Kekuatan sebuah bangsa tak hanya diukur dari jumlah alutsistanya, tapi juga dari cara bangsa itu merawat pengetahuan, teknologi, dan harga dirinya.

Jakarta (ANTARA) - Indo Defence 2025 bukan sekadar pameran alutsista, melainkan penanda penting tentang bagaimana Indonesia menempatkan kekuatan pertahanan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan peran global.

Saat Presiden Joko Widodo menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Prabowo Subianto, dunia tengah menyaksikan dinamika geopolitik yang berubah cepat.

Di tengah realitas global yang tidak selalu damai, Indo Defence hadir sebagai refleksi dari kesadaran kolektif bahwa kekuatan dan perdamaian tidak saling meniadakan, melainkan saling menopang.

Saat membuka Indo Defence 2025 di JIExpo Kemayoran pada 11 Juni, Presiden Prabowo Subianto menegaskan dengan lugas bahwa pertahanan adalah salah satu jaminan terhadap kemerdekaan dan kesejahteraan.

Ucapan ini bukan sekadar retorika dalam seremoni pembukaan, melainkan peringatan keras dari seorang pemimpin yang paham sejarah. Ia berpendapat sejarah manusia mengajarkan bahwa suatu bangsa yang tidak mau berinvestasi terhadap pertahanannya sendiri, biasanya kedaulatannya dirampas. Biasanya kemerdekaannya dirampas. Biasanya bangsa itu menjadi bangsa budak.

Pernyataan tersebut bukan bentuk militerisme. Sebaliknya, Prabowo justru mengingatkan bahwa tak ada bangsa waras yang menginginkan perang. Namun, kesiapsiagaan adalah wujud rasionalitas bernegara.

Dunia modern dengan segala kemajuan sains dan teknologi membutuhkan perlindungan yang sepadan.

Dalam lanskap itu, investasi di sektor pertahanan tak hanya tentang tank dan pesawat tempur, melainkan juga tentang cyber defense, sistem komando digital, hingga pengembangan teknologi kecerdasan buatan untuk mendeteksi ancaman hibrida.

Indo Defence 2025 membawa semangat itu secara nyata. Mengusung tema Defence Partnerships for Global Peace & Stability, ajang ini menghadirkan 1.180 peserta dari 42 negara.

Baca juga: Menkeu: Indo Defence Expo & Forum dorong pertahanan yang lebih tangguh

Wakil Menteri Pertahanan Marsdya Donny Ermawan Taufanto menjelaskan bahwa forum ini bukan semata ajang bisnis militer. Semua tahu bahwa global stability dan peace itu sangat diharapkan. “Kalau enggak damai, enggak stabil suatu negara, ya nonsense kita bisa mendapatkan kesejahteraan,” katanya.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pameran tersebut lebih dari urusan transaksi, melainkan sebuah diplomasi pertahanan dalam arti yang paling strategis.


Berdampak luas

Sejak diselenggarakan pertama kali pada 2004, Indo Defence berkembang menjadi ajang kelas dunia tanpa menyedot dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.