Yang sekarang kita konsumsi susu, yang di mana konsumsi susu per kapita kita juga masih rendah, itu pun 80 persennya masih impor. Kita ingin gap impor kita perbaiki, di samping juga ada market baru namanya Makan Bergizi Gratis (MBG), maka, mau nggak

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyatakan, impor sapi perah yang dilakukan oleh pihaknya pada tahun ini yang mencapai 250 ribu ekor bertujuan untuk mengurangi ketergantungan susu impor (substitusi) dan memenuhi kebutuhan susu domestik

"Yang sekarang kita konsumsi susu, yang di mana konsumsi susu per kapita kita juga masih rendah, itu pun 80 persennya masih impor. Kita ingin gap impor kita perbaiki, di samping juga ada market baru namanya Makan Bergizi Gratis (MBG), maka, mau nggak mau ini kan kejar-kejar antara waktu, antara kebutuhan sama suplainya," kata dia ditemui di Jakarta, Jumat.

Dikatakan dia, dalam melakukan impor sapi tersebut pihaknya tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), melainkan mendorong pengusaha untuk mendatangkan sapi betina bunting ke Tanah Air.

"Dan so far sih oke," katanya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan, dalam waktu dekat akan datang sapi betina bunting sebanyak 2.000 ekor, dan hal ini akan dilakukan secara bertahap, sehingga target impor sapi perah tahun ini terpenuhi.

"Kita push terus untuk supaya mereka mendatangkan sapi hidup yang masuknya untuk investasi tadi," ujarnya.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendukung upaya Menteri Pertanian(Mentan) Andi Amran Sulaiman untuk mewajibkan industri pengolahan susu (IPS) menyerap susu segar dalam negeri (SSDN) dari peternak dan pengepul sebagai bahan baku industri.

"Langkah ini membuktikan keberpihakan pemerintah kepada para peternak rakyat,” ujar Menperin.

Menperin menyatakan, produksi SSDN domestik saat ini baru memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu sebesar 20 persen atau sekitar 750 ribu ton.

Dari jumlah tersebut, sekitar 530 ribu ton bahan baku susu segar dipasok oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia yang terdiri dari 59 koperasi dan 44.000 peternak dengan kualitas susu yang memenuhi standar. Sedangkan 80 persen kebutuhan bahan baku susu masih harus dipenuhi secara impor.

Dikatakan Menperin, industri pengolahan susu nasional mampu tumbuh rata-rata lima persen per tahun, sedangkan pertumbuhan produksi susu segar dalam negeri rata-rata 0,9 persen per tahun. Hal ini menyebabkan sebagian besar kebutuhan susu dalam negeri dipenuhi impor, karena gap antara bahan baku SSDN dan impor yang semakin besar.

Baca juga: Wamentan sebut Presiden beri "lampu hijau" ekspor beras ke Malaysia

Baca juga: Wamentan: Impor sapi hidup bisa dari Australia hingga Brazil

Baca juga: Wamentan: Impor singkong-tapioka akan diatur demi jaga semangat petani

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.