Kami ingin kembalikan standar pengelolaan sampah seperti dulu, dan memulai dari TPA Kopi Luhur yang sekarang menjadi satu-satunya lokasi pembuangan akhir di kota ini
Cirebon (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon, Jawa Barat, menyiapkan perubahan sistem pengelolaan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur dari open dumping (terbuka) menjadi sanitary landfill (penimbunan) yang lebih ramah lingkungan.
Kepala DLH Kota Cirebon Yuni Darti di Cirebon, Jumat, mengatakan langkah ini merupakan bentuk tindak lanjut dari arahan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang mendorong penghapusan praktik pembuangan sampah secara terbuka pada 343 TPA di berbagai daerah.
“Ke depan kami siapkan TPA Kopi Luhur untuk menuju sanitary landfill secara bertahap,” katanya.
Menurut dia, keterbatasan anggaran selama ini menjadi salah satu kendala utama dalam membangun sistem TPA yang ideal.
Baca juga: DLH Kota Cirebon optimalkan program bank sampah pada 32 titik
Namun, kata dia, adanya dukungan pemerintah pusat dan provinsi memberi harapan baru untuk mempercepat transformasi tersebut.
Yuni menjelaskan Kota Cirebon sebenarnya pernah memiliki sistem TPA yang baik, yakni di lokasi eks Grenjeng dan pengalaman itu akan menjadi acuan dalam penataan ulang TPA Kopi Luhur.
“Kami ingin kembalikan standar pengelolaan sampah seperti dulu, dan memulai dari TPA Kopi Luhur yang sekarang menjadi satu-satunya lokasi pembuangan akhir di kota ini,” katanya.
DLH Kota Cirebon mencatat, volume sampah yang masuk ke TPA Kopi Luhur setiap hari berkisar antara 150 hingga 250 ton, dengan lonjakan terjadi pada akhir pekan.
Ia menyebutkan jumlah volume sampah ini masih dianggap aman untuk di tampung di TPA Kopi Luhur, namun tetap perlu pengelolaan yang terstruktur.
Baca juga: DLH Cirebon sebut pengelolaan sampah terus membaik
Yuni mengemukakan TPA Kopi Luhur memiliki luas total 14,2 hektare, akan tetapi baru sekitar 6,2 hektare yang dimanfaatkan secara aktif. Sehingga masih ada cukup ruang untuk pengembangan sanitary landfill.
“Kami sudah siapkan lahannya, tinggal menunggu dukungan anggaran agar proses pembangunan bisa segera dimulai,” katanya.
Dia menambahkan saat ini aktivitas di TPA tersebut juga melibatkan masyarakat sekitar, yakni terdapat 206 pemulung dan enam pengepul yang bekerja setiap hari dalam proses pemilahan sampah.
“Peran mereka penting dalam proses pengurangan sampah, dan kami pastikan mereka tercatat serta mendapat ruang dalam sistem pengelolaan sampah yang baru,” ucap dia.
Baca juga: DLH Cirebon angkut 40 ton sampah dari Pantai Baro Gebang
Pewarta: Fathnur Rohman
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.