Nanjing (ANTARA) - Tim paleontologi internasional yang dipimpin oleh ilmuwan China menemukan dua spesies baru jamur parasit yang terawetkan dalam ambar Kachin berusia sekitar 100 juta tahun dari Myanmar, menurut Institut Geologi dan Paleontologi Nanjing di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China (NIGPAS).

Penemuan tersebut memberikan bukti penting untuk meneliti koevolusi jamur dan serangga. Selain itu, penelitian itu juga menggeser asal-usul jamur semut atau Ophiocordyceps sekitar 30 juta tahun lebih awal dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Peneliti di NIGPAS Wang Bo yang memimpin studi itu menjelaskan bahwa Ophiocordyceps adalah istilah umum untuk kelompok jamur parasit. Lantaran jamur tidak memiliki struktur yang keras dan mudah membusuk, bukti fosil Ophiocordyceps sangat langka sehingga pemahaman tentang asal-usul dan evolusinya terbatas.

Dua spesies fosil baru yang ditemukan itu mempertahankan struktur jamur secara utuh, memungkinkan perbandingan langsung dengan spesies yang masih hidup. Dengan menggunakan metode analitis beresolusi tinggi seperti Micro CT (Micro-Computed Tomography), para peneliti menemukan inang parasitnya.

Para peneliti juga mengumpulkan dan menganalisis data genetik dari 120 spesies Ophiocordyceps yang masih hidup. Dengan menggunakan fosil baru sebagai referensi, mereka merekonstruksi hubungan filogenetik di dalam Ophiocordyceps dan merevisi waktu asal-usulnya.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa asal-usul Ophiocordyceps seharusnya sekitar 130 juta tahun yang lalu pada awal periode Cretaceous, mundur sekitar 30 juta tahun dibandingkan dengan penelitian sebelumnya," kata Wang.

Temuan penelitian tersebut dipublikasikan secara daring pada Rabu (11/6) di Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.