Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI periode 2009-2014 Marty Natalegawa menilai negara-negara Global South perlu berbenah agar lebih solid dalam memperjuangkan agenda bersama di tengah ketidakstabilan kondisi global.
“Kita, negara-negara Global South, perlu membereskan rumah tangga sendiri agar bisa tampil lebih sistematis, solid, dan efektif dalam memperjuangkan agenda bersama,” kata Marty saat menjadi pembicara dalam diskusi publik di Jakarta, Jumat.
Marty menuturkan bahwa kontribusi penting negara-negara Global South melalui lembaga-lembaga seperti Gerakan Non-Blok dan G77, merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Namun, identitas Global South kerap kali muncul sebagai sebuah masalah.
Menurutnya, negara-negara di Global South harus terlebih dahulu memahami isu-isu apa yang dapat menyatukan, sembari menemukan forum yang tepat untuk memperjuangkannya.
“Pengorganisasian itu bukan sekadar membentuk institusi baru atau mereformasi yang lama. Yang lebih penting adalah memahami isu-isu apa yang saat ini menyatukan kita, agar prinsip-prinsip Bandung bisa diwujudkan dalam konteks modern dan tetap relevan,” ucapnya.
Baca juga: Hassan Wirajuda: 'Bandung Spirit' masih relevan, dasar Global South
Prinsip Bandung yang dimaksud Marty merujuk pada sepuluh prinsip Dasasila Bandung yang disepakati negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1995.
Marty turut menyoroti perpecahan yang datang dari sesama negara Global South. Sesama negara Global South pun sering tidak saling mendukung atau berkomunikasi dengan baik, katanya.
“Contohnya, dua negara inisiator Konferensi Bandung — India dan Pakistan — hingga kini masih sulit menjalin hubungan yang stabil. Ketika ketegangan terjadi, adakah negara-negara Global South yang berusaha memediasi? Sebagian besar justru diam,” tutur dia.
Konflik yang berasal dari sesama anggota Global South tersebut, disebutnya, bertentangan dengan Prinsip Bandung seperti penyelesaian damai, tanpa kekerasan, dan solidaritas.
Merujuk pada keberhasilan Indonesia yang berhasil memimpin dan menyatukan negara-negara Asia dan Afrika pada KAA, meski baru 10 tahun merdeka, dia merekomendasikan agar pemerintah Indonesia melanjutkan kepemimpinannya dalam mentransformasi Global South.
“Kita bisa belajar dari itu, kita tidak harus menunggu kondisi sempurna untuk meluncurkan inisiatif diplomatik besar. Kita bisa multi-tasking, menghadapi persoalan dalam negeri sambil memimpin diplomasi global,” kata dia.
Global South, mengutip Kementerian Luar Negeri, dideskripsikan sebagai negara-negara berkembang (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin) yang berupaya memperjuangkan kepentingan mereka dalam tatanan internasional, termasuk melalui kerja sama Selatan–Selatan.
Baca juga: Indonesia serukan Global South sebagai penggerak perubahan di IAF 2024
Baca juga: Menlu Austria: DK PBB harus libatkan lebih banyak negara Global South
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.