Jadi sebenarnya ada korelasi yang sangat ketat, sangat kuat, sangat dekat antara konsep inovative city dan global city

Jakarta (ANTARA) - Pakar sosiologi kota dari Nanyang Technological University, Prof Sulfikar Amir mengatakan lima wilayah Jakarta mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi ruang-ruang penghasil inovasi dalam rangka menyiapkan Jakarta menjadi kota global.

"Inovasi adalah inti dari mengapa sebuah kota itu bisa menjadi kota global," kata dia dalam talkshow di sela kegiatan Jakarta Future Festival (JFF) 2025, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Jumat.

Jakarta Pusat memiliki sejumlah universitas sehingga potensial menghasilkan berbagai riset dan inovasi, sementara Jakarta Selatan dikenal dengan penduduk yang kreatif juga potensial didorong menghasilkan inovasi.

Baca juga: Jakarta perkuat peran sebagai kota global pada BBTF 2025

"Di Jakarta Timur ada misalnya di Rawamangun, mulai ramai dengan kafe dan aktivitas mahasiswa. Lalu utara, Kelapa Gading juga potensial dan begitu, juga serupa dengan Jakarta Barat," ujar Sulfikar.

Dia berpendapat ruang-ruang urban harus didesain sedemikian rupa agar masyarakat bisa saling bersinergi dan berinteraksi dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada. Dengan begitu, inovasi diharapkan bisa lahir.

Sulfikar menyampaikan kota global merupakan kota yang selalu aktif mendorong dan menyatukan gagasan baru, teknologi, dan pendekatan-pendekatan baru untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan urban termasuk infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan layanan sosial.

Baca juga: DKI upayakan pembangunan tak berfokus pada ekonomi semata

"Jadi sebenarnya ada korelasi yang sangat ketat, sangat kuat, sangat dekat antara konsep inovative city dan global city. Karena kalau kita lihat global city yang ada di peringkat paling atas itulah kota-kota yang menghasilkan inovasi," kata dia.

Kota New York yang berada di peringkat pertama kota global dunia, memiliki pendapatan domestik bruto (PDB) 1,2 triliun dolar AS, berpenduduk 8,2 juta dan lulusan sarjana sebanyak 24 persen.

Lalu, London di peringkat kedua dengan PDB Rp666 miliar dolar AS, penduduknya 8,9 juta dan penduduk yang mendapatkan gelar sarjana 46 persen.

Baca juga: Taman 24 jam sudah umum di kota global terbaik

Sementara itu, Tokyo di peringkat ketiga, dengan PDB 1,12 triliun dolar AS, populasi penduduk 14 juta, memiliki 63 persen warga yang bergelar sarjana.

"Kalau kita lihat innovation city, tiga kota yang teratas di global city itu ternyata rankingnya berubah. New York itu peringkat tiga, London peringkat dua dan Tokyo peringkat satu. Ini ada korelasi dengan berapa banyak penduduknya yang bergelar sarjana," jelas Sulfikar.

Di sisi lain, Jakarta berada urutan ke-246 untuk urusan peringkat kota inovasi dan peringkat 74 kategori kota global. Karena itu, sambung dia, untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota global, maka harus terlebih dulu menjadi kota inovatif.

"Jadi Jakarta instead of going to become a global city (alih-alih menjadi kota global) seharusnya inovative city (kota inovatif) dulu," kata dia.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.