Denpasar (ANTARA) - Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya mendorong nomenklatur dinas ekonomi kreatif yang dibentuk pemerintah daerah, belajar dari Bali sebagai rujukan untuk replikasi.
Riefky menyoroti kekuatan ekosistem ekonomi kreatif Bali yang menyeluruh serta aktif di semua subsektor.
"Kami ingin belajar dari Bali agar keberhasilan itu dapat direplikasi di wilayah lain," ujar Teuku Riefky saat audiensi dengan Gubernur Bali I Wayan Koster di Bali pada Kamis (12/6), dikutip dari siaran pers Kementerian Ekonomi Kreatif di Jakarta, Sabtu.
Riefky menambahkan, langkah strategis ke depan adalah mendorong nomenklatur dinas ekonomi kreatif agar lebih fokus dan adaptif terhadap kebutuhan daerah
Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemen Ekraf) membidik pembentukan nomenklatur dinas ekonomi kreatif di 45 persen provinsi dan 25 persen kabupaten/kota pada akhir 2025. Target itu berdasarkan kerja sama lintas kementerian.
Baca juga: DKI siap kolaborasi dengan Bali untuk kembangkan sistem perkeretaapian
Pembentukan nomenklatur dinas ekonomi kreatif di daerah untuk mempercepat pertumbuhan sektor, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kontribusi ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB), ekspor, dan investasi.
Data yang dihimpun Kemen Ekraf menunjukkan, sektor ekonomi kreatif membuktikan potensinya dengan peningkatan jumlah pekerja sebesar 29 persen, mencapai 26,5 juta tenaga kerja dalam 11 tahun terakhir.
Riefky menekankan bahwa fokus Kementerian Ekonomi Kreatif kini adalah akselerasi, bukan sekadar inkubasi. Tujuannya agar para pelaku usaha kreatif dapat "naik kelas" hingga ke tingkat nasional dan global.
Gubernur Bali I Wayan Koster menyambut baik inisiatif itu dan menyatakan kesiapan provinsi setempat untuk membentuk struktur khusus penanganan ekonomi kreatif, baik dalam bentuk dinas maupun badan.
Koster mengakui bahwa meskipun pariwisata menopang 66 persen ekonomi Bali, diversifikasi melalui ekonomi kreatif menjadi solusi strategis untuk memperkuat daya tahan ekonomi provinsi itu terhadap faktor eksternal.
Ia juga menyoroti karakter masyarakat Bali yang kreatif secara alami, menjadikan ekonomi kreatif sebagai sektor unggulan yang terus diberi ruang, termasuk melalui ajang seperti Festival "Paradise Island Clothing Association" (PICA Fest) pada 24 Juli hingga 27 Juli 2025.
Baca juga: Gema keindahan budaya Bali hadir di Kota Basel Swiss
Baca juga: Pemkab Badung-Bali jajaki kerja sama dengan Pemerintah Fujisawa-Jepang
Baca juga: Kementerian Agama jadikan MIN 3 Jembrana percontohan kurikulum cinta
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.