Ternyata banyak orang Arab juga bisa berbahasa Indonesia. Memang sih bisa pakai rupiah tapi saya tidak gak pakai real aja
Jeddah (ANTARA) - Entah karena lapar atau karena saking enaknya, belasan porsi nasi padang yang terhampar di tiga meja itu ludes. Tinggal tulang, sisa sambal, butiran nasi, dan sisa kuah santan yang tersisa di piring.
"Bosan nih. Sudah dua minggu masakan Arab mulu," kata Hardi, seorang haji dari Indonesia yang saat itu memesan nasi padang dengan kikil tunjang.
Seorang pelayan datang membawa aneka minuman dingin yang telah dipesan.
"Es teh lemon Pak," kata pelayan itu sambil menaruh minuman di atas meja sebelah Hardi.
Di meja lain, beberapa orang pengunjung dari Indonesia juga menikmati nasi padang.
Meski di dinding luar restoran itu tertulis "Masakan Padang Matahari", tapi suasana makan itu bukan di Padang, Jakarta atau di wilayah Indonesia. Restoran itu ada di kawasan Pasar Al Balad, Kota Jeddah, Arab Saudi.
Di dalam restoran, dua pelayan sangat fasih berbahasa Indonesia saat melayani belasan haji yang sedang mampir di Pasar Al Balad, pekan lalu.
Tidak hanya di tulisan "Masakan Padang Matahari", deretan toko-toko lainnya juga menampilkan kata-kata dalam Bahasa Indonesia, baik tulisan nama toko atau nama barang yang dijual dalam toko.
Tulisan "Wong Solo, Indonesian Restaurant" atau "Toko Gani Murah" juga cukup mencolok dipajang sebagai nama toko. Di deretan toko lainnya juga ada tulisan "disini ada bakso", "kopi susu", atau "teh hitam".
Tidak hanya kuliner, aneka toko baju, kue, suvenir atau oleh-oleh juga penuh dengan "Indonesia". Jika ada orang Indonesia masuk toko lalu berbicara Bahasa Indonesia, pelayan atau pemilik toko langsung menyapa dalam Bahasa Indonesia.
Jika pemilik kurang mengerti Bahasa Indonesia, dia akan memanggil karyawan yang bisa berbahasa Indonesia agar pembeli nyaman dan bisa tawar menawar.
Yang dimaksud dengan bisa berbahasa Indonesia itu ternyata tidak selalu orang Indonesia atau setidaknya pernah tinggal di Indonesia. Karyawan dari negara Bangladesh atau Pakistan juga lancar berbahasa Indonesia.
"Gantungan kunci, sebiji dua real. Kalau selusin 20 real aja, kakak. Lebih murah beli lusinan," kata pelayanan toko suvenir asal Bangladesh kepada seorang calon pembeli.
Baca juga: Konsulat RI Jeddah ajak pengusaha Depok masuk pasar Arab Saudi
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.