Ankara (ANTARA) - Australia dan Korea Selatan, Minggu (15/6) mendesak Israel dan Iran untuk menahan diri menyusul serangkaian serangan saling membalas di antara kedua negara di kawasan Timur Tengah itu, demikian menurut laporan media setempat.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menyerukan kepada Israel dan Iran untuk tidak memperburuk situasi yang sudah berbahaya, karena dapat berdampak luas pada kawasan Timur Tengah.
Wong mengatakan kepada ABC News bahwa dirinya telah berbicara langsung dengan Menteri Luar Negeri Iran serta menyampaikan pesan kepada pemerintah Israel melalui duta besarnya, agar kedua pihak menahan diri.
Baca juga: Mantan Penasehat Pentagon: Perang dengan Iran bisa seret AS ke PD III
“Saya secara langsung menyampaikan kepada Menlu Iran: ‘Kami meminta Anda untuk menahan diri, kembali ke jalur diplomasi dan dialog,’ karena jika situasi terus memanas, ini akan membawa dampak serius bagi seluruh masyarakat di kawasan. Saya yakin banyak negara di dunia juga menyampaikan hal serupa, tidak hanya kepada Iran, tapi juga kepada Israel,” ujarnya.
Kantor Kepresidenan Korea Selatan juga menyerukan hal serupa, dengan menyatakan bahwa Seoul tidak mendukung peningkatan ketegangan militer lebih lanjut di kawasan tersebut.
Baca juga: Trump dan Putin sepakat perang Israel dan Iran harus diakhiri
“Kami menolak segala bentuk konfrontasi militer atau eskalasi ketegangan, dan telah menyerukan kepada semua pihak terkait untuk menahan diri,” demikian pernyataan resmi yang dikutip kantor berita Yonhap.
Sejak Jumat (13/6) dini hari, Israel melancarkan serangkaian serangan ke wilayah Iran, menargetkan fasilitas nuklir dan rudal, serta menewaskan sejumlah pejabat militer senior dan ilmuwan.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal balistik ke sejumlah wilayah di Israel.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Saudi kecam serangan Israel, sebut ganggu perdamaian Timur Tengah
Baca juga: Erdogan dukung langkah AS lanjutkan negosiasi nuklir dengan Iran
Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.