Beijing (ANTARA) - Para pakar pertanian berkumpul di Universitas Pertanian China (China Agricultural University/CAU) pada Minggu (15/6) guna membahas berbagai strategi untuk meningkatkan ketahanan pangan global dan mempromosikan sistem pertanian pangan (agri-food) yang berkelanjutan.

Lebih dari 100 partisipan terlibat dalam diskusi dengan tema "Membangun Resiliensi dalam Sistem Pertanian Pangan Global" (Building Resilience in Global Agri-Food Systems), sebagai bagian dari persiapan menjelang Konferensi Inovasi Pertanian Pangan Dunia (World Agrifood Innovation Conference/WAFI) 2025, yang dijadwalkan digelar di Beijing pada 12 hingga 15 Oktober mendatang.

Dekan Akademi Ekonomi dan Kebijakan Pangan Global (Academy of Global Food Economics and Policy) Universitas Pertanian China Fan Shenggen mengatakan sistem pangan global sedang menghadapi peningkatan tekanan akibat perubahan iklim, konflik geopolitik, dan ketegangan perdagangan. Menurut Fan, semua tantangan tersebut telah mengubah lanskap ketahanan pangan global.

Presiden CAU Sun Qixin menggarisbawahi urgensi dari transisi menuju sistem pertanian pangan yang lebih berkelanjutan di tengah meningkatnya ketidakpastian iklim. Ia juga membagikan informasi terbaru soal konferensi WAFI mendatang, seraya menekankan bahwa konferensi itu akan terus berperan sebagai platform kolaborasi internasional dan pertukaran pengetahuan.

Direktur jenderal Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (International Food Policy Research Institute/IFPRI) Johan Swinnen menyoroti pencapaian-pencapaian penting selama 50 tahun upaya IFPRI di bidang penelitian kebijakan pangan global. Ia menuturkan sistem pangan global sedang menjalani perubahan struktural yang memerlukan re-evaluasi kerangka kerja investasi dan rancangan kebijakan.

Swinnen memuji WAFI atas perannya dalam meningkatkan dialog internasional perihal pertanian dan menegaskan kembali komitmen IFPRI untuk bekerja sama dengan institusi seperti CAU di bidang-bidang seperti kebijakan pertanian, nutrisi, dan ketahanan iklim.

Terlepas dari dinamika global yang kompleks, Swinnen menyatakan kepentingan bersama di bidang ketahanan pangan dan pengembangan pertanian tetap kuat, terutama pada kerja sama Selatan-Selatan, praktik berbagi teknologi, dan koordinasi kebijakan regional. Ia menyerukan penguatan kolaborasi multilateral.

Berbicara soal kerja sama pertanian China-Afrika, Sun menyatakan kemitraan itu tetap menjadi prioritas, dengan fokus yang kuat pada pendidikan pertanian dan transfer teknologi. Ia menyerukan perlunya mendorong lebih banyak mahasiswa Afrika untuk menempuh studi di China, di mana mereka dapat memperoleh pengetahuan akademis dan pengalaman langsung melalui pekerjaan di pertanian percontohan dan paparan terhadap kerangka kerja kebijakan.

China, kata dia akan terus mendukung transfer teknologi dan inisiatif pengembangan kapasitas untuk menggenjot produktivitas pertanian dan tata kelola di seluruh benua tersebut.

WAFI 2025 akan mencakup upacara pembukaan, sesi pleno, forum tematik, acara sampingan, demonstrasi inovasi, dan pameran. Pihak penyelenggara menyampaikan bahwa ajang itu bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, industri, akademisi, dan institusi penelitian untuk mendukung masa depan pangan global yang lebih tangguh, sehat, dan berkelanjutan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.