Beijing (ANTARA) - China mencatatkan kemajuan besar dalam memerangi penggurunan, dengan 365 juta mu (sekitar 24,3 juta hektare) wilayah yang terdampak penggurunan berubah menjadi lahan hijau sejak 2012, seperti ditunjukkan data dari Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional (National Forestry and Grassland Administration/NFGA) China pada Selasa (17/6).
Sekitar 27,94 juta mu (sekitar 1,86 juta hektare) lahan telah dilindungi dari penggurunan selama 13 tahun terakhir, kata administrasi tersebut pada peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia (World Day to Combat Desertification and Drought), yang jatuh setiap 17 Juni.
Data resmi juga menunjukkan bahwa dari tahun 2000 hingga 2019, total tanah yang terkikis oleh angin di gurun dan wilayah berpasir utama di negara tersebut telah menurun sekitar 40 persen, dan China merupakan negara pertama yang mencapai pertumbuhan nol dalam degradasi lahan.
Di bawah Program Hutan Penahan Angin Tiga Utara (Three-North Shelterbelt Forest Program/TSFP) China, program penghijauan terbesar di dunia itu diluncurkan pada 1978 untuk mengatasi penggurunan di wilayah barat laut, utara, dan timur laut negara tersebut.
Sebagai hasilnya, total 480 juta mu (sekitar 32,02 juta hektare) hutan telah ditanami dan dilestarikan, dan 1,28 miliar mu (sekitar 85,38 juta hektare) padang rumput yang terdegradasi telah dipulihkan.
Di wilayah yang tercakup dalam TSFP, rasio tutupan hutan telah meningkat dari 5,05 persen pada 1977 menjadi 13,84 persen saat ini, dengan 61 persen wilayah erosi tanah berhasil dikendalikan secara efektif dan 450 juta mu (sekitar 30,02 juta hektare) lahan pertanian terlindungi.
China juga secara aktif memenuhi komitmennya di bawah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Memerangi Penggurunan (United Nations Convention to Combat Desertification/UNCCD).
Negara itu telah mendirikan sebuah pusat manajemen pengetahuan pengendalian penggurunan internasional berkolaborasi dengan sekretariat UNCCD, dan menjalin kerja sama dengan sejumlah negara dalam pengendalian penggurunan, termasuk Mongolia dan Rusia, papar administrasi tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.