Jakarta (ANTARA) - Tidak hanya membantu mengurangi kepadatan penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek, kehadiran rangkaian kereta buatan China yang saat ini beroperasi di KRL jalur Bogor dan Cikarang mendapat banyak sambutan positif dari publik.
KAI Commuter, operator KRL Jabodetabek, mengimpor sebanyak 11 rangkaian kereta buatan CRRC Sifang China, seiring peningkatan jumlah penumpang. Lima rangkaian sudah beroperasi sejak awal bulan ini, tiga di antaranya untuk KRL jalur Bogor dan dua di jalur Cikarang.
Ave, salah seorang pekerja swasta menceritakan sudah lima kali menggunakan kereta baru ini untuk mengantarnya pergi atau pulang dari tempat kerja di pusat kota Jakarta dari arah Bogor. Hal paling berkesan baginya adalah suasana kereta yang lebih nyaman dibandingkan gerbong kereta lama.
"Sejak pertama kali masuk ke dalam gerbong keretanya, itu terasa lebih luas dan rapi, interiornya lebih modern dan bersih, pencahayaannya juga memadai, dan yang paling penting adalah AC (air conditioner) yang lebih dingin karena itu penting sekali saat suasana keretanya ramai," ujar perempuan 24 tahun itu pada Selasa (17/6).
Karena dibuat oleh perusahaan yang sama yang membuat rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), sehingga tidak heran beberapa interior kereta ini cukup terasa premium.
Salah satunya dengan adanya kehadiran papan informasi perjalanan digital. Penumpang bisa memantau lokasi stasiun dan posisi gerbong kereta secara waktu nyata (real-time) melalui layar di atas pintu, fitur baru yang menurut Ave sangat membantu penumpang.
Pembaruan lainnya adalah kehadiran lampu peringatan saat membuka atau menutup pintu kereta. Hal ini membuat penumpang lebih aman dari kemungkinan terjepit karena pintu yang menutup secara mendadak, keluhan yang cukup sering ditemui di rangkaian kereta lama.
Seperti halnya Ave, Ai Siti juga sudah berulang kali menggunakan kereta baru ini dalam dua pekan terakhir. Menurutnya, interior kereta terbaru sangat nyaman, salah satunya karena ketinggian rak penyimpanan yang lebih pendek.
Pembaruan ini baginya sangat penting karena perempuan 26 tahun ini sering kali merasa kesulitan saat menyimpan tasnya yang berat ke atas rak penyimpanan di gerbong kereta lama yang posisinya cukup sulit dijangkau.

"Kereta baru ini terasa lebih inklusif karena semakin banyak kursi prioritas dan ada ruang khusus di dalam kereta khusus untuk penumpang dengan kursi roda," ujarnya.
Kereta ini juga sempat ramai diperbincangkan di media sosial, salah satunya sebuah video tentang ulasan pengguna di hari pertama yang viral di TikTok meraih lebih dari satu juta penonton dan 1.600 komentar.
"Hari ini tidak sengaja mencoba KRL model baru ini, awalnya bingung karena berbeda dari biasanya, tapi enak karena tidak terlalu berisik dibandingkan sebelumnya dan AC-nya sangat merata dan dingin," tulis salah seorang pengguna dengan nama akun @sweetwithdev di kolom komentar video tersebut.
Kontrak pembelian kereta baru dari China ini berlangsung antara KAI Commuter dan CRRC Sifang pada awal tahun lalu, dan rangkaian mulai tiba di Indonesia secara bertahap sejak awal tahun ini.
Hingga akhir bulan lalu, total tujuh rangkaian telah mendarat di Jakarta. Sementara itu, lima rangkaian kereta yang sudah dioperasikan saat ini telah melewati proses sertifikasi keselamatan dan kelayakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (RI).
Setiap satu rangkaian kereta terdiri atas 12 gerbong dengan kapasitas 250-300 orang untuk setiap gerbong, sehingga satu rangkaian kereta ini bisa mengangkut lebih dari 3.000 penumpang. Kapasitas ini 8 persen lebih banyak dari rangkaian kereta lama.
Kehadiran armada kereta baru ini menjadi solusi mengatasi peningkatan jumlah penumpang KRL Jabodetabek setiap tahunnya. KAI Commuter melaporkan, jumlah penumpang KRL Jabodetabek pada Januari-Mei 2025 hampir menyentuh 180 juta orang, peningkatan 35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.