Sangat tepat menjadikan Genilangit sebagai Desa Pancasila, sebab dari awal desa ini telah memiliki keberagaman
Magetan (ANTARA) - Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memberikan pelatihan literasi digital dan wawasan kebangsaan ke warga Desa Genilangit, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur sebagai persiapan menjadikan sebagai rintisan Desa Pancasila.
Ketua PKM Rintisan Desa Pancasila Jauhar Wahyuni dalam keterangan tertulis di Madiun, Rabu mengatakan PKM tersebut merupakan puncak dari rangkaian kegiatan di tujuh desa binaan Universitas Negeri Surabaya yang tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur.
"Dari kegiatan ini, melalui tema rintisan Desa Pancasila, kami harapkan Genilangit bisa menjadi contoh penerapan toleransi antarumat beragama bagi desa-desa selanjutnya," ujarnya.
Adapun Desa Genilangit dipilih karena memiliki masyarakat yang heterogen. Di desa tersebut terdapat penganut agama Buddha, Kristen, dan Islam.
Baca juga: KSAD beri penghargaan Kampung Pancasila untuk enam desa dan kota
Baca juga: Unej dampingi Desa Sidomulyo jadi desa digital dan kampung Pancasila
Dalam penguatan rintisan Desa Pancasila di Desa Genilangit terdapat dua pembekalan utama yang diberikan tim Unesa, yakni pertama pelatihan literasi digital dan yang kedua adalah wawasan kebangsaan.
"Desa Genilangit baru pertama kali mendapatkan program pengabdian dari Universitas Negeri Surabaya karena sebelumnya desa tersebut bermitra dan menerima mahasiswa KKN dari kampus-kampus di Jawa Tengah," kata perempuan yang akrab disapa Bu Jojo itu.
Melalui pembekalan literasi digital, terdapat enam strategi yang ditawarkan Unesa untuk Desa Genitlangit yang juga dikenal sebagai desa wisata.
Enam strategi itu antaranya, literasi digital untuk UMKM dan Pokdarwis, pelatihan konten kreator desa, optimalisasi website dan media sosial resmi Genilangit, kemudian kolaborasi dengan mahasiswa dan relawan digital, dan penyediaan infrastruktur wifi.
Baca juga: BPIP: Kampung Aisandami jadi contoh penerapan nilai-nilai Pancasila
Baca juga: Wonorejo, Desa Pancasila penerap toleransi sampai mati
Terkait penguatan wawasan kebangsaan, hal itu bertujuan agar warga desa memahami pentingnya nilai-nilai Pancasila yang dapat diimplementasikan melalui wawasan kebangsaan dan bela negara.
Arahannnya adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi dari segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah.
Tak hanya itu, kesempatan tersebut juga membahas tantangan media sosial dalam wawasan kebangsaan. Media sosial memiliki kerawanan yang lebih besar dibandingkan dengan media konvensional atau media arus utama, karena siapa saja bisa menjadi pemilik media, jurnalis, penulis yang dapat menyebarkan apa saja yang diinginkan.
"Masyarakat harus waspada dan berhati-hati dalam mengunduh dan menyebarkan berita yang tidak bisa dipastikan tingkat kebenarannya," kata dia.
Kepala Desa Genilangit Pardi mengapresiasi kerja sama tersebut dan menilai pembekalan literasi digital dan wawasan kebangsaan bagi warganya sangat bermanfaat.
"Sangat tepat menjadikan Genilangit sebagai Desa Pancasila, sebab dari awal desa ini telah memiliki keberagaman. Salah satunya adalah adanya budaya Galungan dan terdapat vihara yang menjadi tempat ibadah agama Buddha," kata Pardi.
"Kami sangat terbantu oleh kehadiran mahasiswa dari Unesa yang melaksanakan kegiatan KKN-T disini selama 4 bulan terakhir, karena salah satu hasil karya mereka berupa video profil desa dapat kami gunakan untuk branding dan promosi pariwisata dan visualisasi keberagaman Pancasila di desa kami," katanya.
Baca juga: Mendes PDTT: Pancasila jadi inspirasi pembangunan desa berkelanjutan
Baca juga: BPIP: Desa Berdikari memiliki makna aktualisasi Pancasila
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.