Jakarta (ANTARA) - Iron Dome menjadi salah satu sistem pertahanan udara paling terkenal di dunia. Sistem ini telah berperan penting dalam melindungi Israel dari serangan roket dan rudal selama lebih dari satu dekade. Namun, dalam perkembangan terbaru, sistem ini dilaporkan tidak sepenuhnya mampu menangkal serangan rudal balasan dari Iran, yang terjadi setelah Israel melancarkan Operasi Rising Lion. Serangan tersebut menghantam sejumlah wilayah, termasuk kota Tel Aviv, dan menimbulkan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur.
Iron Dome merupakan sistem pertahanan udara jarak pendek yang dirancang oleh Rafael Advanced Defense Systems dan Israel Aerospace Industries, dengan dukungan dari Raytheon, Amerika Serikat. Sistem ini pertama kali dikerahkan pada 2011 sebagai respons atas pengalaman pahit Israel dalam Perang Lebanon 2006, di mana ratusan roket diluncurkan ke wilayahnya setiap hari oleh kelompok Hizbullah.
Tujuan utama Iron Dome adalah mendeteksi, menilai, dan mencegat proyektil yang mengancam wilayah berpenduduk. Setiap baterai Iron Dome terdiri dari radar, pusat kendali, dan peluncur rudal Tamir yang dapat membawa hingga 20 pencegat. Dengan sistem radar canggih, Iron Dome mampu menilai apakah sebuah roket akan jatuh di area berpenduduk atau terbuka. Jika tidak membahayakan, sistem akan mengabaikannya untuk menghemat rudal pencegat.
Namun, dalam serangan besar-besaran yang dilancarkan Iran baru-baru ini, Iron Dome menghadapi tantangan besar. Iran meluncurkan lebih dari 100 pesawat nirawak dan rudal balistik secara bergelombang ke wilayah Israel, termasuk ke Tel Aviv. Meskipun sebagian besar berhasil diintersepsi oleh sistem pertahanan seperti Arrow dan Iron Dome, beberapa rudal berhasil menembus pertahanan dan menghantam bangunan sipil serta kawasan strategis seperti kompleks militer Kirya.
Baca juga: Serba serbi - Kondisi terkini memanasnya konflik maut Iran-Israel
Mengapa Iron Dome bisa ditembus?
Menurut analisis dari berbagai sumber militer dan lembaga seperti Modern War Institute, ada beberapa alasan utama mengapa Iron Dome tidak selalu berhasil mencegat semua rudal yang masuk.
1. Serangan dalam jumlah besar
Iron Dome memiliki kapasitas terbatas dalam menghadapi volume serangan yang besar secara simultan. Jika jumlah rudal dan drone yang masuk melebihi kemampuan pencegatan sistem, maka beberapa proyektil dapat lolos dan menghantam target. Taktik ini digunakan oleh Iran, serta sebelumnya oleh Hamas dan kelompok Houthi.
2. Keterbatasan amunisi pencegat
Rudal Tamir yang digunakan dalam Iron Dome berharga sekitar 40 ribu dolar per unit, dan jumlahnya terbatas dalam satu waktu operasional. Jika serangan berlanjut dalam waktu lama, sistem bisa kehabisan amunisi sebelum pengisian ulang tersedia.
3. Prioritas target
Iron Dome dirancang hanya untuk mencegat ancaman nyata terhadap daerah padat penduduk atau infrastruktur vital. Roket yang diperkirakan jatuh di area terbuka tidak akan dicegat. Namun, dalam beberapa kasus, perhitungan sistem bisa meleset, dan roket yang diabaikan tetap menyebabkan kerusakan.
Baca juga: Iran jawab ultimatum Trump: 'Kami tidak akan menyerah'
4. Keterbatasan teknis dan geometris
Agar efektif, rudal pencegat harus menghancurkan hulu ledak dari arah depan. Jika pencegatan terjadi dari samping atau belakang, efektivitas akan menurun. Serangan bertubi-tubi dan manuver rudal canggih dapat mengacaukan lintasan pencegatan.
5. Roket jarak pendek dan lintasan rendah
Sistem ini kurang efektif terhadap roket yang ditembakkan dari jarak sangat dekat atau dengan lintasan rendah, karena waktu peringatan menjadi terlalu singkat untuk tanggapan optimal.
6. Gangguan elektronik
Ada laporan bahwa pihak-pihak tertentu mencoba mengganggu radar atau sistem komputasi Iron Dome, meskipun efektivitas metode ini masih diperdebatkan dan belum terbukti menjadi faktor penentu.
7. Keterbatasan jangkauan
Setiap baterai Iron Dome hanya mampu melindungi area sekitar 100 hingga 150 kilometer persegi. Oleh karena itu, jika serangan tersebar di banyak wilayah secara bersamaan, celah perlindungan bisa dimanfaatkan musuh.
Dengan semua kelebihan dan keterbatasannya, Iron Dome tetap menjadi elemen penting yang digunakan Israel. Namun, seperti sistem pertahanan lainnya, tidak ada yang benar-benar kedap terhadap serangan besar-besaran dan terkoordinasi. Serangan Iran ke Tel Aviv menjadi pengingat bahwa meski canggih, Iron Dome bukan sistem yang tak bisa ditembus.
Baca juga: Mayoritas warga Amerika tak ingin AS terlibat konflik Iran-Israel
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.