Sudah saatnya pusat provinsi, kabupaten, kota memperbaiki sistem pencatatan pelaporan untuk logistiknya, dan mulai bisa memetakan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyebutkan, penguatan logistik yang disertai ketahanan sistem informasi teknologi diperlukan guna mencegah kejadian luar biasa (KLB) atau krisis kesehatan, termasuk karena dengue, guna mencapai nol kematian dengue pada tahun 2030.
Direktur Penyakit Menular Kemenkes Ina Agustina Isturini mengatakan dalam Pertemuan Nasional Program Dengue 2025 yang disiarkan di Jakarta Kamis, bahwa belajar dari pandemi COVID-19, pencatatan pelaporan yang baik diperlukan guna memetakan distribusi logistik secara efektif dan efisien.
Baca juga: Indonesia perkuat komitmen nol kematian akibat dengue pada 2030
Oleh karena itu, kata Ina, pihaknya mengapresiasi perluasan kapasitas Sistem Monitoring Inventory Logistik Kesehatan secara Elektronik (SMILE). Awalnya, SMILE diperluas cakupannya, yang memasukkan imunisasi pada 2018, dan pada 2022 mencakup logistik untuk penyakit menular seperti HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria.
"Dan sekarang ke arbovirus ya. Arbovirus secara keseluruhan, dengue ya. Itu saya menyambut sangat-sangat baik, karena buat saya ini adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda. Sudah saatnya pusat provinsi, kabupaten, kota memperbaiki sistem pencatatan pelaporan untuk logistiknya, dan mulai bisa memetakan," katanya.
Dia menyebutkan, dalam transformasi kesehatan, logistik ibarat darah dalam tubuh dan sistem informasinya adalah otak. Tanpa keduanya, kata Ina, maka kaki dan tangan tidak dapat bergerak, karena tidak ada suplai darah ke organ-organ tersebut.
Baca juga: BMKG perluas layanan informasi iklim untuk tekan kasus DBD nasional
"Ada SDMnya, ada faskesnya, tapi nggak ada logistiknya, nggak bisa," katanya.
Sistem pencatatan logistik yang baik, katanya, akan memungkinkan untuk mengetahui situasi kedaruratan, seperti apabila stok sudah mau habis atau kadaluarsa. Hal ini dapat mencegah keparahan akibat dengue.
Ina menyebutkan, bencana bukan hanya bencana alam, namun juga bencana sosial dan kesehatan. Sehingga, katanya, sistem pencatatan laporan dan logistik perlu dibentuk sedemikian rupa, agar siap baik di situasi normal maupun krisis.
"Nah ini kalau jadi KLB kan semua harus cepat. Kalau nggak nyawa banyak melayang dan nanti jadi nggak terkendali," kata Ina.
Baca juga: Penularan dengue hanya melalui gigitan nyamuk betina aedes aegypti
Tantangan penanganan dengue semakin sulit, terlebih karena perubahan iklim yang membuat risiko penyebaran penyakit semakin tinggi, sehingga Indonesia perlu berubah dan menyesuaikan diri melalui transformasi sistem kesehatan.
Dia mencontohkan, di Pakistan ada banjir besar pada 2021, sehingga kejadian malarianya naik. Begitu pun dengan Vanuatu yang kasus malarianya naik setelah ada angin kencang.
"Itu bisa terjadi pada dengue juga," katanya.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.