Istanbul (ANTARA) - Rencana AS untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang paling terlindungi kuat dengan bom penghancur bunker akan berhasil karena mereka memiliki kemampuan tersebut, kata situs berita Axios pada Rabu (18/6), mengutip pejabat AS.

“Kami akan siap menyerang Iran. Tapi kami belum yakin bahwa kami memang diperlukan,” kata seorang pejabat senior AS kepada Axios.

“Presiden belum yakin bahwa kami memang diperlukan,” sambungnya.

Pernyataan tersebut merujuk pada Massive Ordnance Penetrator (MOP), bom seberat 30.000 pon yang dirancang untuk menembus sasaran bawah tanah yang diperkuat.

“Bom penghancur bunker itu akan berhasil. Ini bukan masalah kemampuan. Kami memiliki kemampuan. Tapi ada keseluruhan rencana (untuk kemungkinan serangan). Bukan sekadar menjatuhkan penghancur bunker dan mendeklarasikan kemenangan,” kata pejabat tersebut.

Menurut laporan itu, Presiden Donald Trump secara langsung telah menanyakan kepada penasihat militernya tentang efektivitas MOP dan apakah bom tersebut mampu menetralkan situs nuklir Fordow. Pihak Pentagon menyatakan keyakinannya terhadap rencana tersebut, namun Trump belum membuat keputusan akhir.

Fasilitas nuklir Fordow merupakan lokasi pengayaan uranium bawah tanah milik Iran yang paling dalam dan paling diperkuat, serta dirancang untuk tahan terhadap serangan udara konvensional.

Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi, mengatakan kepada stasiun televisi lokal Channel 12 pada Selasa bahwa serangan Israel terhadap Iran “tidak akan berakhir tanpa merusak fasilitas nuklir Fordow.”

Hanegbi mengatakan bahwa Israel masih terus berdialog dengan Amerika Serikat, namun tidak berusaha membujuk Washington untuk bergabung dalam operasi militer tersebut.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Serangan ke PLTN Iran bisa picu bencana radioaktif, kata IAEA

Baca juga: Dirjen IAEA: Fasilitas nuklir Iran di Natanz dan Isfahan rusak parah

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.