Gaza (ANTARA) - Ketika konfrontasi militer antara Israel dan Iran meningkat, penduduk Jalur Gaza menyaksikan dengan cemas, karena khawatir ketegangan baru ini dapat semakin memperburuk situasi kemanusiaan mereka yang sudah sangat buruk dan semakin memperparah penderitaan mereka yang sudah berlangsung lama dan jauh dari sorotan dunia.
Di Gaza City, Ibrahim al-Faryani yang kini berusia 40-an tahun dan merupakan pegawai Otoritas Palestina, mengikuti dengan saksama laporan-laporan tentang serangan lintas perbatasan.
"Sekarang, perhatian global telah bergeser ke Teheran dan Tel Aviv, dan Gaza telah hilang dari radar media," kata al-Faryani.
Hilangnya fokus internasional ini memungkinkan Israel untuk meningkatkan pelanggaran di sini tanpa pengawasan atau pertanggungjawaban.
Sejak perseteruan pecah antara Israel dan Iran pada 13 Juni, warga melaporkan penurunan tajam dalam bantuan kemanusiaan yang mencapai Gaza, dengan alasan penutupan perlintasan perbatasan yang terus berlanjut sebagai hambatan utama.

"Situasi kemanusiaan memburuk dengan cepat," kata Mohammed Al-Emawi, seorang mahasiswa dari daerah Shuja'iyya di Gaza.
Tidak ada bantuan yang masuk. Rumah sakit kehabisan pasokan dasar, namun kami hanya menerima sedikit liputan internasional.
Dia memperingatkan bahwa perhatian dunia terhadap konflik Iran-Israel dapat membayangi krisis berkepanjangan di Gaza, yang telah mengalami konflik dan blokade selama berbulan-bulan.
Di tengah kecemasan yang meluas, beberapa pihak memandang konflik yang lebih besar ini sebagai peluang yang potensial bagi Gaza untuk mendapatkan perhatian internasional, dan kemungkinan untuk diikutsertakan dalam perjanjian regional di masa depan.
"Mungkin perang ini akan membentuk kembali kawasan ini," kata Salem Subaih, seorang warga Gaza City.
Jika ada kesepakatan internasional besar yang terjadi, kami berharap Gaza akan diikutsertakan.
Adel Samara, seorang analis politik yang berbasis di Tepi Barat, mengatakan bahwa konflik Iran-Israel memiliki dampak ganda terhadap Gaza.

"Di satu sisi, Gaza menderita akibat berkurangnya perhatian media dan memburuknya kondisi kemanusiaan. Di sisi lain, perang ini mungkin menawarkan kesempatan untuk memasukkan Gaza ke dalam pengaturan regional di masa depan, terutama jika kekuatan global terlibat dalam upaya deeskalasi," ujar Samara kepada Xinhua.
"Mengingat situasi saat ini, wajar jika kecepatan dan tingkat komunikasi terpengaruh," katanya.
Dia menambahkan bahwa faksi-faksi Palestina mengamati situasi dengan saksama, menyadari pergeseran dinamika regional semakin membentuk posisi Gaza.
Seorang pejabat Hamas, yang berbicara kepada Xinhua tanpa ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa konfrontasi tersebut menggarisbawahi sifat keamanan dan politik regional yang saling berhubungan.
"Gaza tidak terisolasi dari sekitarnya. Kami memantau perkembangan dan mengelola situasi dengan hati-hati untuk menghindari eskalasi yang tidak diperlukan," ujar pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa pihak perlawanan mengambil pendekatan yang rasional, yang berfokus untuk melindungi rakyat Palestina.
Terkait pembicaraan yang sedang berlangsung mengenai pertukaran tahanan dengan Israel, pejabat tersebut mengatakan bahwa negosiasi terus berlanjut di bawah mediasi internasional, namun mengakui bahwa ketegangan terbaru telah memperlambat kemajuan.

Di tengah dinamika yang terus berubah ini, banyak warga Gaza yang sekadar menyerukan diakhirinya kekerasan dan perbaikan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
"Sudah saatnya perang ini dihentikan," ujar Muhannad Abu Rabie, seorang warga Gaza City.
"Kami ingin hidup dengan aman. Kami ingin listrik, air, obat-obatan, hak-hak dasar manusia. Kami lelah menjadi korban dalam konflik yang tidak bisa kami kendalikan," katanya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.