Bagi Indonesia, mereka itu punya pengalaman di bidang konstruksi, terutama untuk panel surya yang efisien. Indonesia bisa belajar pengembangan dari situ.
Jakarta (ANTARA) - Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) menanamkan investasi senilai 120 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp1,95 triliun, di Filipina untuk mengembangkan industri pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
“Mengapa ini menarik bagi Indonesia? Bagi Indonesia, mereka itu punya pengalaman di bidang konstruksi, terutama untuk panel surya yang efisien. Indonesia bisa belajar pengembangan dari situ,” ujar CEO Pertamina New and Renewable Energy (NRE) John Anis, di Jakarta, Kamis.
Investasi Pertamina NRE di Filipina menjadi investasi pertama bagi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) di luar negeri, mengingat aset dari Pertamina NRE saat ini dikelola oleh Danantara.
John menjelaskan bahwa investasi tersebut telah sesuai dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto yang menginginkan badan usaha milik negara (BUMN) menciptakan nilai melalui aset-asetnya.
“Ini menarik untuk Danantara karena masuk ke kriteria ekonomi yang diminta Presiden. Return investment baik, profitability baik, dan segi pengembangan sumber daya manusianya juga,” ujar John pula.
Penanaman modal itu diresmikan melalui penandatanganan share subscription agreement atau perjanjian pengambilan bagian saham di Jakarta, Kamis.
Kerja sama strategis tersebut sekaligus menandai kepemilikan Pertamina NRE atas 20 persen saham Citicore Renewable Energy Corporation (CREC), perusahaan energi terbarukan asal Filipina.
Perjanjian tersebut ditandatangani oleh CEO Pertamina NRE John Anis dan CEO CREC Oliver Tan, serta disaksikan oleh PTH Direktur Utama Pertamina Salyadi Saputra.
Bagi Indonesia, kerja sama ini memberikan manfaat investasi strategis, antara lain pengembangan sumber daya manusia terkait pembangunan PLTS di Indonesia; implementasi percepatan konstruksi pabrik panel surya hingga 1 megawatt peak (MWp) per hari; mendukung pencapaian target pembangkitan listrik berbasis energi terbarukan sebesar 60 persen pada tahun 2034 sebagaimana tertuang dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL); meningkatkan penyerapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN); meningkatkan citra dan daya saing Indonesia sebagai salah satu pemimpin transisi energi bersih di Asia Tenggara; dan menunjukkan komitmen Indonesia dalam penurunan emisi karbon.
Kerja sama ini juga diproyeksikan untuk menggaet Filipina berinvestasi di Indonesia ke depannya dalam pengembangan pembangkit listrik dari energi baru dan terbarukan.
“Ke depannya, kami minta Filipina untuk berinvestasi juga di Indonesia. Jadi, ini timbal balik. Nanti kami bisa mengembangkan secara bersama potensi yang ada di Indonesia,” kata John.
Grup Citicore saat ini mengoperasikan PLTS dengan total kapasitas terpasang sebesar 287 megawatt (MW). Ia memiliki target untuk mencapai 5 GW dalam 5 tahun, dengan 1 GW akan tercapai tahun ini.
Baca juga: Pertamina investasikan infrastruktur LNG di Filipina 2024
Baca juga: Pertamina NRE kaji keuntungan akuisisi saham perusahaan EBT Filipina
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.