Beijing (ANTARA) - Lonjakan pesat inovasi teknologi China mendorong investor asing untuk memperbarui strateginya karena pesatnya perkembangan sektor teknologi di negara itu mengubah perkiraan mengenai potensi pertumbuhan jangka panjangnya.

Contoh terbaru muncul ketika bank investasi Goldman Sachs meluncurkan daftar 10 saham yang disebut sebagai China's Prominent 10, sebuah langkah yang mengingatkan publik pada Magnificent Seven, yakni sekelompok saham berkinerja tinggi dan berpengaruh di sektor teknologi Amerika Serikat (AS).

Sepuluh saham teratas China tersebut, yang sebagian besar berafiliasi dengan raksasa-raksasa teknologi, diperkirakan akan secara signifikan memperluas pangsa mereka di pasar ekuitas China dalam dua tahun ke depan.

Di antara kesepuluh perusahaan dalam daftar tersebut terdapat raksasa internet Tencent, raksasa e-commerce Alibaba, produsen ponsel pintar Xiaomi, produsen mobil listrik BYD, platform belanja digital Meituan, dan perusahaan farmasi Hengrui.

Mereka "mewujudkan tema pengembangan kecerdasan buatan (AI)/Teknologi, swasembada, ekspansi yang mendunia, konsumsi jasa dan bentuk-bentuk konsumsi baru, serta peningkatan imbal hasil pemegang saham di China," demikian menurut temuan riset bank investasi Goldman Sachs.

Di balik spreadsheet pilihan saham dari para ekonom Wall Street terdapat kalibrasi ulang yang lebih mendalam. Para pengamat yang pernah menyatakan "puncak China" sekarang sedang merombak model mereka dan beralih ke pandangan yang melihat inovasi teknologi sebagai pendorong gelombang baru dari ekspansi substansial di China.

Bulan lalu, MSCI menambahkan lima saham A-share, termasuk VeriSilicon, Baili-Pharm, dan APT Medical ke dalam China Index. Konstituen-konstituen baru itu sebagian besar berada di sektor teknologi dan bioteknologi, yang mencerminkan pengakuan para penyusun indeks global terhadap transformasi ekonomi China.

Investor global terkemuka, termasuk Goldman Sachs dan JP Morgan telah berubah menjadi bullish terhadap pasar China, yang didorong oleh minat investor global terhadap ekuitas China karena dorongan AI di negara tersebut, yang dipimpin oleh DeepSeek. Bulan ini, khususnya, bank-bank investasi utama telah menaikkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk ekonomi China.

Sampai dengan 29 Mei, Hang Seng Tech Index telah melonjak lebih dari 40 persen secara tahunan (year on year/yoy), mengungguli indeks-indeks teknologi global utama lainnya. Dari sepuluh saham Hong Kong yang paling aktif diperdagangkan, tujuh di antaranya merupakan konstituen Hang Seng Tech, dengan tiga yang paling aktif adalah Tencent, Alibaba, dan Xiaomi.

Kepala Ekonom Morgan Stanley untuk China Xing Ziqiang mengatakan terobosan AI China menyoroti kekuatan rantai pasokan dan inovasinya, yang didukung oleh ekosistem yang kuat dari infrastruktur, data, talenta, dan energi.

"Inovasi teknologi China sedang bergeser dari terobosan-terobosan yang terisolasi menjadi integrasi yang sistematis, dengan banyak bidang mengalami 'momen DeepSeek' dan beberapa perusahaan teknologi yang sedang berkembang pesat mencapai kehadiran global sejak awal," ujar Kepala Komisi Regulasi Sekuritas China Wu Qing dalam sebuah forum di Shanghai, China timur, pada Rabu (18/6).

Di sisi lain, sejumlah raksasa teknologi lainnya, seperti DeepSeek dan Huawei, tidak termasuk dalam daftar 10 saham teratas versi Goldman Sachs tersebut hanya karena saham-saham itu tidak diperdagangkan secara publik. Di luar perusahaan-perusahaan raksasa ini, banyak perusahaan rintisan (startup) China yang juga sedang naik daun. Kini, China memiliki lebih dari 400 perusahaan unicorn, hampir sepertiga dari total perusahaan unicorn global.

Data ekonomi terbaru China juga mendukung prediksi tersebut. Data dari Biro Statistik Nasional China menunjukkan bahwa nilai tambah manufaktur berteknologi tinggi di China tumbuh 8,6 persen pada Mei, melampaui pertumbuhan nilai tambah industri skala besar secara keseluruhan sebesar 2,8 persen.

Di sektor tersebut, produksi alat cetak 3D, robot industri, dan kendaraan energi baru meningkat masing-masing sebesar 40,0 persen, 35,5 persen, dan 31,7 persen.

China bukan hanya pasar terbesar tetapi juga bisa dibilang sebagai pusat inovasi dunia, yang mendorong efisiensi biaya dan pengembangan robotika generasi mendatang, kata sebuah catatan riset Morgan Stanley baru-baru ini.

"Semakin jelas bahwa dukungan nasional untuk 'embodied AI' mungkin jauh lebih besar di China daripada di negara lain, mendorong formasi modal dan inovasi yang berkelanjutan," kata Kepala Riset Industri Morgan Stanley Zhong Sheng.

"Terobosan AI dan teknologi yang terus berlanjut telah menulis ulang narasi dan mencerahkan prospek pertumbuhan" bagi perusahaan-perusahaan swasta China, yang juga memimpin "ambisi 'Going Global' China," ungkap laporan Goldman Sachs.

Tahun ini, permintaan luar negeri untuk produk-produk teknologi berbasis AI dari China mengalami lonjakan. Data dari AliExpress mengungkapkan selama promosinya pada Maret, penjualan kacamata AR/VR, yang dipimpin oleh merek-merek seperti XREAL dan Rokid, melonjak 600 persen dari bulan sebelumnya.

"Tahun lalu, bisnis kaca mata AR kami di luar negeri menyumbang hampir 70 persen dari total penjualan, dengan penjualan di luar negeri tumbuh 30 persen secara tahunan," kata Kepala Penjualan Global Perusahaan Kacamata AR Kelas Konsumen di XREAL Zhang Longjie.

Terlepas dari ketidakpastian global, ekspor produk teknologi tinggi China menunjukkan kinerja kuat dalam lima bulan pertama 2025, mencatatkan peningkatan 6,1 persen (yoy) dalam mata uang dolar AS, ungkap data Administrasi Umum Bea Cukai China.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.