Jakarta (ANTARA) - Presiden AMSAT-ID (Amateur Satellite Indonesia) Muhammad Yasir mengatakan bahwa Ground Station (stasiun bumi) Pakubuwono AMSAT-ID menjadi stasiun bumi komunitas paling lengkap dan canggih di Indonesia yang dibangun oleh para penggiat radio amatir satelit.
"GS Pakubowono menjadi stasiun bumi pertama terlengkap di Indonesia di luar GS milik pemerintah," kata Yasir dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Yasir mengatakan bahwa GS Pakubuwono didirikan bukan oleh lembaga negara atau korporasi besar, melainkan kerja keras anggota AMSAT-ID (YDØACE, YBØOSU, dan YDØAVJ) yang ingin membawa Indonesia lebih dekat dengan dunia satelit.
Baca juga: Kapsul SpaceX yang bawa astronot NASA kembali ke Bumi
Menurut dia, yang membuat stasiun ini spesial adalah kemampuannya memantau berbagai jenis satelit yang ada di luar angkasa, mulai dari satelit LEO (Low Earth Orbit) yang mengorbit rendah di ketinggian 500–1.200 KM, MEO (Medium Earth Orbit) yang mengorbit pada ketinggian 5.000 hingga 20.000 KM, bahkan satelit GEO (Geostationary Earth Orbit) yang "diam" di atas ekuator di ketinggian 36.000 KM.
Dengan peralatan yang dimiliki GS Pakubuwono, lanjut dia, stasiun ini bisa berkomunikasi dengan satelit amatir, memantau cuaca, hingga bisa memenuhi sertifikasi untuk melakukan kontak komunikasi langsung dengan astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
"Komunikasi beneran, bukan cuma nonton di TV," ujar Yasir.
Untuk bisa menjangkau ISS, butuh peralatan dengan spesifikasi tinggi dan pengetahuan teknis yang tidak main-main. Tapi, GS Pakubuwono sudah memenuhi semua syarat itu.
Baca juga: BRIN jajaki kerja sama antariksa dengan Uni Emirat Arab
Bahkan, stasiun ini juga bisa digunakan sebagai jembatan komunikasi antarnegara, termasuk antara Asia dan Australia.
"Kegunaannya banyak, di antaranya saat bencana seperti gempa atau banjir bandang melanda dan jaringan komunikasi putus, radio amatir bisa jadi penyelamat. Dengan alat ini, relawan bisa tetap berkabar dan mengirim informasi penting tanpa harus bergantung pada sinyal HP atau internet," kata pengelola GS Pakubuwono Aditya Sanjaya.
Tak cuma soal darurat, radio amatir juga bisa digunakan untuk komunikasi ekspedisi alam, seperti pendakian gunung atau eksplorasi wilayah terpencil. Bahkan, beberapa komunitas pernah menggunakannya untuk mencari lokasi balon udara ilmiah yang dilepaskan ke atmosfer.
"Kami menghadirkan stasiun bumi Pakubuwono sebagai bukti kehadiran masyarakat madani Indonesia memasuki komunitas satelit amatir dunia. Stasiun bumi Pakubuwono setara dengan stasiun-stasiun bumi satelit amatir di negara-negara maju lainnya," ujar Aditya.
Baca juga: Menkomdigi menilai SATRIA-1 bisa penuhi target layani 20.000 titik
Menurut dia, anak muda Indonesia yang penasaran bisa bergabung dengan komunitas AMSAT-ID dan memanfaatkan stasiun bumi Pakubuwono untuk belajar dan mengakses satelit amatir yang jumlahnya ratusan di ruang angkasa.
Anak muda yang penasaran soal satelit bisa datang, lihat langsung alat-alatnya, dan belajar gimana cara kerja komunikasi luar angkasa. Harapannya, anak-anak Indonesia juga bisa ikut mengembangkan teknologi satelit, bukan cuma jadi pengguna.
"Bayangkan kalau ada anak SMA yang belajar di sini, lalu suatu hari bisa merancang satelitnya sendiri. Itu bukan mimpi. Itu visi dari komunitas AMSAT-ID yang ingin membangun generasi baru ahli satelit dari tanah air," ujarnya.
Meski sudah canggih, para pendiri GS Pakubuwono tidak mau berhenti sampai di sini.
Baca juga: TNI AL bangun Hub Station Siskomsat untuk perkuat komunikasi satelit
"Kami akan terus memperbarui perangkat keras dan perangkat lunaknya agar selalu sesuai dengan perkembangan zaman," ujar pengelola GS Pakubowono lainnya, Adityo Kusharjanto.
Ground Station Pakubuwono AMSAT-ID adalah bukti nyata bahwa teknologi tinggi tidak harus datang dari institusi besar. "Dengan semangat, ilmu, dan kolaborasi, masyarakat bisa menghadirkan inovasi yang berdampak luas." ujar Adityo.
Bagi masyarakat yang penasaran atau ingin belajar langsung bisa menghubungi pengelola GS Pakubuwono untuk keterangan lebih lanjut di pakubuwonogs@gmail.com.
"Siapa tahu, komunikasi kamu berikutnya bukan lagi hanya di WhatsApp, tapi langsung dengan astronot di luar angkasa," tuturnya.
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.