Solstis utara menjadi perhatian dalam bidang edukasi sains, karena merupakan contoh nyata dari keterkaitan antara astronomi dan kehidupan sehari-hari
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menekankan pentingnya edukasi terhadap masyarakat di bidang astronomi, khususnya terhadap fenomena solstis utara yang terjadi setiap 21 Juni.
"Solstis utara menjadi perhatian dalam bidang edukasi sains, karena merupakan contoh nyata dari keterkaitan antara astronomi dan kehidupan sehari-hari," kata Thomas dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Thomas menekankan perlunya edukasi publik tentang fenomena-fenomena langit untuk meningkatkan literasi sains masyarakat.
Baca juga: BRIN: Fenomena solstis utara jadi penanda awal musim kemarau Indonesia
Di Inggris, kata dia, ada Stonehenge yang digunakan masyarakat dahulu untuk memantau posisi matahari terkait dengan musim. Sementara di Indonesia, bayangan stupa Borobudur juga digunakan masyarakat dahulu untuk memantau posisi matahari terkait peralihan musim.
"Dengan memahami pola astronomi seperti solstis, kita dapat mengantisipasi peralihan musim secara lebih baik," katanya
Menurut Thomas, fenomena astronomi ini penting bagi sektor pertanian, mitigasi bencana, dan prakiraan musim di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, jelas dia, fenomena solstis utara berperan sebagai penanda awal musim kemarau. Adapun di belahan bumi utara seperti Eropa, Amerika Utara, dan Asia bagian utara, solstis utara menandai awal musim panas.
Baca juga: Periset BRIN: Astronomi telah dipahami orang Sunda sejak zaman dahulu
"Melalui pemahaman sains berbasis fenomena alam, kita bisa merancang kebijakan dan langkah adaptif yang lebih tepat sasaran bagi edukasi masyarakat," ucap Thomas Djamaluddin.
Diketahui, solstis utara, yang juga dikenal sebagai solstis Juni, menyebabkan berbagai hal lain di bagian bumi seperti di belahan bumi utara mengalami siang terpanjang dan malam terpendek dalam setahun, matahari tampak tepat di atas garis balik utara (Tropic of Cancer).
Di samping itu, di wilayah kutub utara bahkan bisa terjadi matahari tengah malam atau matahari tidak terbenam sama sekali.
Baca juga: Indonesia berkontribusi besar bagi perkembangan astronomi global
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.