Jakarta (ANTARA News) - "Pada 2011 ada kompetisi di Thailand, skater kita ikut dan menang dalam kejuaraan itu. Mereka bukan menang sebagai peserta dari Indonesia, tapi disebut mewakili Thailand," kata Direktur Kompetisi Kejuaraan Figure Skating Nasional 2015 Deborah Rosanti.

"Itu momen yang sangat menyakitkan sekali," lanjut Deborah menyesali. Padahal dia datang dari Indonesia bersama anaknya yang megikuti kompetisi tersebut dan skater Indonesia lainnya.

Deborah mengatakan, karena pada saat itu Indonesia belum memiliki organisasi olahraga ice skating yang betul-betul terorganisir, sehingga kesulitan dalam mengikuti kompetisi kelas internasional.

Ya, olahraga berseluncur dengan sepatu berplat besi di atas es itu belum memiliki organisasi yang berdiri sendiri di Indonesia.

Olahraga ice skating keberadaannya masih di bawah naungan Pengurus Besar Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (PB Perserosi), yang diberi tempat dengan sebutan Komisi Ice Skating. Keberadaan itu menjadi satu hal yang disayangkan oleh pegiat, atlet, ataupun ofisial olahraga tersebut.

Namun tidak adanya organisasi yang benar-benar menaungi para skater, sebutan untuk atlet ice skating, tidak dijadikan alasan oleh para atletnya yang sungguh-sungguh ingin berprestasi.

Pada tahun yang sama, dua orang atlet ice skating Indonesia pernah mengikuti kejuaraan di Jerman. Dia adalah Wiki Eka Ramadhan dan Machiko Audrey Chan yang berkompetisi di kejuaraan ice skating internasional di Jerman.

"Memang mereka kalah, tapi itu nggak jadi masalah. Karena mereka berkompetisi di level internasional saja itu sudah hebat. Mereka yang pertama," kisah Deborah.

Karena penampilannya di Jerman, Wiki dan Machiko mendapatkan sertifikat dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai skater Indonesia pertama yang berkompetisi dalam kelas internasional.


Perjuangan Menunjukkan Keberadaan

Salah satu Komite Ice Skating dari Komisi Ice Skating PB Perserosi Suzan Herawati mengungkapkan keberadaan olahraga yang memiliki kemiripan dengan sepatu roda tersebut hingga beberapa tahun lalu belum begitu populer dan diketahui oleh masyarakat.

Sarana seperti arena berseluncur yang dibangun dengan dana tidak sedikit menjadikan olahraga ini memiliki tarif yang tidak murah untuk sekadar menjajal berseluncur dengan sepatu berplat besi di atas es.

Karena Indonesia merupakan negara tropis yang tidak mungkin memiliki arena es alami dengan membekunya permukaan air danau di musim dingin seperti di negara-negara beriklim empat musim. Andai Indonesia memiliki musim dingin, danau-danau yang membeku pasti akan dijadikan tempat bermain ice skating secara gratis.

Di Indonesia, arena berseluncur yang biasa disebut ring ini baru ada tiga. Semuanya berada di dalam pusat perbelanjaan sebagai salah satu daya tarik mal untuk menarik pengunjung. Ring-ring itu berada di Bintaro Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Bandung Provinsi Jawa Barat.

Dana besar yang dibutuhkan membuat keterbatasan bagi olahraga ini untuk bisa memiliki ring sendiri secara independen. "Kita membutuhkan investor agar bisa membuka ring-ring baru," kata Suzan.

Ketergantungan pada pihak ketiga yang mendanai fasilitas arena berseluncur tidak bisa dikesampingkan lagi bagi perkembangan olahraga ini.

Atas sarana yang tidak murah itulah maka tak jarang orang memandang bahwa olahraga ice skating adalah olahraga mahal atau olahraga yang hanya untuk kalangan atas.

Komisi Ice Skating di PB Perserosi telah berjuang selama beberapa tahun belakangan untuk menunjukkan keberadaan olahraga ini. Baru-baru ini ice skating mulai memiliki panggung di publik dengan kejuaraan dan menjadi anggota dari Persatuan Skating Internasional (International Skating Union/ISU).

"Tahun ini kita sangat berbangga hati karena sudah banyak didukung pemerintah, Menpora mengetahui olahraga ini," kata Deborah.

Ia mengatakan, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi sempat berkunjung sebanyak dua kali ke arena seluncur Sky Rink di Jakarta dan berbincang dengan pengurus ice skating.

"Menpora mendukung kami, dan menyarankan kami untuk berdiri sendiri tidak di bawah PB Perserosi," kata Deborah.

Suzan mengatkan Komisi Ice Skating PB Perserosi tengah berupaya agar bisa mendirikan pengurus besar sendiri. "Mudah-mudahan akhir tahun ini atau tahun depan kita sudah jadi pengurus besar sendiri," kata Suzan.

Deborah juga mengutarakan keinginan kepada Menpora agar cabang olahraga ice skating bisa mengikuti Pekan Olahraga Nasional. Namun perlu ada beberapa persyaratan agar ice skating bisa turut memeriahkan pekan olahraga.

"Syaratnya kita harus memiliki lima ring di Indonesia. Kita sudah punya tiga, kalau ada investor yang mau membangun dua ring lagi kita sudah bisa ikut PON," kata Deborah.

Namun untuk sementara, lanjut Deborah, Menpora menyarankan agar membuat eksibisi atau kejuaraan ice skating sebelum mengikuti PON.

Kejuaraan setingkat nasional itu pun terwujud dalam Kejuaraan Figure Skating Nasional yang diselenggarakan pada 2014 dan 2015. Peserta yang mengikuti kompetisi ini pun meningkat dari 74 peserta di 2014 menjadi 89 peserta pada 2015.

Pada kejuaraan kali ini yang diselenggarakan pada 18-19 April 2015 ini pun tim panitia sudah mendatangkan dewan juri dan tim penilai dari Persatuan Skating Internasional atau ISU guna mendapatkan hasil obyektif dan mencari bakat terbaik dari para peserta.

"Intinya pada kompetisi ini kita mengharapkan agar para peserta termotivasi dan bisa memiliki kualitas yang lebih baik lagi," kata Deborah.

Ketua dewan juri dari ISU Sherri Ferguse mengatakan, keindahan dari berseluncur di atas es adalah keterkaitan antara koreografi yang memiliki alur dengan transisi gerakan yang lembut di seluruh cakupan arena serta keharmonisan atau menyatunya peseluncur dengan musik yang mengiringi.

Andai Indonesia memiliki danau yang membeku di kala musim dingin tiba, olahraga ice skating sudah pasti tidak lagi dianggap mahal.

Oleh Aditya Ramadhan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015