Changsha/Nairobi (ANTARA) - Pada Maret lalu, kiriman lebih dari 800 ikan hias Afrika tiba di China melalui Bandar Udara Internasional Huanghua Changsha di Provinsi Hunan, China tengah.

Dikirim melalui penerbangan kargo dari Addis Ababa, ibu kota Ethiopia, ikan-ikan tersebut dipindahkan ke fasilitas karantina khusus, di mana mereka menjalani masa isolasi dan serangkaian pemeriksaan kesehatan sebelum memasuki pasar China.

Menurut importir China, Hunan XiYue International Co. Ltd, ikan-ikan tersebut, yang bernilai tinggi di pasar karena kecerahan warna, daya adaptasi yang kuat, dan kemudahan pembiakannya, semakin menarik minat para pecinta ikan akuarium. Melihat potensi itu, pihak perusahaan pun berencana untuk memperluas impor ikan hias Afrika dan berbagai jenis spesies akuatik terkait lainnya.

Per 1 Desember 2024, China memberlakukan bebas bea untuk semua negara kurang berkembang (least developed countries/LDC) yang memiliki hubungan diplomatik dengannya, termasuk 33 negara Afrika, untuk 100 persen produk mereka.

Baru-baru ini, China mengumumkan kesiapannya untuk bernegosiasi dan menandatangani perjanjian kemitraan ekonomi untuk pembangunan bersama dengan negara-negara Afrika serta melaksanakan perlakuan bebas bea untuk 100 persen lini tarif (tariff line).

Selain itu, China juga akan memberikan lebih banyak kemudahan kebijakan bagi negara-negara kurang berkembang di Afrika, mempromosikan liberalisasi dan kemudahan perdagangan dan investasi antara kedua belah pihak serta mendorong lebih banyak produk Afrika masuk ke pasar China.

Berkat berbagai langkah tersebut, semakin banyak produk Afrika yang berkualitas dan terjangkau mulai memasuki pasar China, meliputi ikan teri kering dari Kenya, produk domba dari Madagaskar hingga karet dari Pantai Gading. Kehadiran produk-produk itu tidak hanya memperkaya pilihan bagi konsumen China, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi komunitas di Afrika.

Seorang peserta pameran (kedua dari kiri) memperkenalkan produk-produk Afrika kepada pengunjung selama Pameran Ekonomi dan Perdagangan China-Afrika ke-4 di Pusat Konvensi dan Pameran Internasional Changsha di Changsha, Provinsi Hunan, China tengah, 13 Juni 2025. ANTARA/Xinhua/Chen Sihan

Ketika orang membicarakan cabai, mereka sering berpikir tentang China. Semua orang tahu bahwa pasar utama kami adalah China, dan kami memiliki banyak petani yang terlibat," kata Herman Uwizeyimana, Direktur Utama Fisher Global, perusahaan pertanian Rwanda yang berspesialisasi dalam budi daya dan ekspor cabai.

Selama tiga tahun terakhir, Fisher Global telah mengekspor 200 hingga 300 ton cabai kering ke China setiap tahun. Dengan dorongan dari kebijakan tarif nol China yang baru-baru ini diberlakukan, Uwizeyimana berencana untuk meningkatkan ekspor menjadi 1.500 ton per tahun.

Data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan China menunjukkan bahwa sejak diluncurkannya kebijakan tarif nol, impor China dari negara-negara Afrika yang kurang berkembang mencapai 21,42 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.378) per Maret 2025. Angka ini meningkat 15,2 persen dalam basis tahunan (year on year/yoy).

Duta Besar Ethiopia untuk China Tefera Derbew memuji kebijakan tarif nol tersebut, mengatakan kebijakan tersebut tidak hanya memungkinkan lebih banyak produk Afrika dengan karakteristik unik untuk masuk ke pasar China yang luas, tetapi juga membantu mendorong industrialisasi di seluruh Afrika.

Mantan Pemimpin Redaksi Badan Pers Senegal Cheikh Tidiane Ndiaye mengatakan bahwa kebijakan China mewakili dukungan konkret bagi ekspor produk Afrika dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Hal tersebut memberikan produsen Afrika akses yang lebih mudah ke salah satu pasar konsumen terbesar di dunia.

Di tengah lingkungan global yang bergejolak dan dinamis, China terus membuka pasarnya lebih luas lagi bagi negara-negara Afrika, mendorong ekspor produk Afrika berkualitas tinggi dan memperluas akses mereka ke pasar China.

Seorang pegawai menyortir cabai di Distrik Nyagatare, Rwanda pada 22 Mei 2025. ANTARA/Xinhua/Ji Li

Selain kebijakan tarif nol, China menetapkan dan memperluas "jalur hijau" untuk produk pertanian Afrika, memfasilitasi partisipasi perusahaan Afrika dalam pameran besar seperti Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) dan Pameran Rantai Pasokan Internasional China (China International Supply Chain Expo/CISCE).

Langkah tersebut menjadi jembatan penting bagi produk-produk Afrika untuk menembus pasar global serta memberikan dukungan dalam peningkatan kapasitas perdagangan di Afrika.

Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama ekonomi dan perdagangan antara China dan Afrika menunjukkan hasil yang mengesankan. Pada 2024, nilai perdagangan kedua pihak mencapai rekor baru sebesar 295,56 miliar dolar AS, naik 4,8 persen (yoy). Capaian tersebut sekaligus menegaskan posisi China sebagai mitra dagang terbesar Afrika selama 16 tahun berturut-turut.

Didorong oleh kebijakan tarif nol China untuk produk-produk Afrika dan model inovatif yang mengintegrasikan produksi, industri, dan perdagangan, cakupan kerja sama ekonomi dan perdagangan China-Afrika terus meluas.

Selain itu, China secara aktif mendukung pengembangan rantai nilai lokal di Afrika. Sejak pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Forum Kerja Sama China-Afrika di Beijing pada September 2024 hingga akhir Maret 2025, perusahaan-perusahaan China telah menginvestasikan 13,38 miliar yuan (1 yuan = Rp2.277) atau setara 1,86 miliar dolar AS di Afrika. Untuk lebih lanjut membantu usaha kecil dan menengah (UKM), China menyediakan pinjaman sebesar 2,08 miliar yuan, yang manfaatnya dirasakan oleh sekitar 350 UKM dan menciptakan sekitar 4.500 lapangan kerja.

"Prioritas pengembangan benua ini sedang bergeser dari ekspor bahan baku ke produksi bernilai tambah. Hubungan China-Afrika berkembang melampaui perdagangan tradisional, menuju kolaborasi industri yang lebih dalam dan penciptaan nilai bersama," kata Profesor Ekonomi dan Direktur Pusat Studi China di Universitas Dar es Salaam, Tanzania Humphrey Moshi.

Menteri Pertanian, Kedaulatan Pangan, dan Peternakan Senegal, Mabouba Diagne menyatakan "Ini bukan lagi hanya tentang impor, tetapi membangun industrialisasi bersama. China adalah mitra strategis yang dapat mendorong transformasi struktural pertanian kami."

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.