Malang Raya (ANTARA) - Tim peneliti dari Universitas Brawijaya (UB) berhasil mengidentifikasi dua genus baru mikroalga yang ditemukan di wilayah Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dan di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah.
"Genus mikroalga yang berhasil diidentifikasi itu, yakni Paracatenula dan Wallaceago yang ditemukan di Bawean dan di Sulawesi Tengah," kata Ketua Tim Peneliti yang juga Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB Oktiyas Muzaky Luthfi, S.T., M.Sc. di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat.
Ia menjelaskan genus mikroalga yang ditemukan di Pulau Bawean diberi nama Paracatenula Porostriata memiliki ciri khas, antara lain adanya struktur melingkar pada cangkang, memiliki lubang kecil, dan berkatup pipih.
Sedangkan genus Wallaceago Porostriatus yang ditemukan di Teluk Tomini, memiliki ciri setengah dari bentuk katupnya menyerupai belah ketupat dengan garis halus pada bagian bawah.
"Penamaan Wallaceago sengaja diambil lantaran sebagai bentuk penghormatan dari tim peneliti kepada naturalis, penjelajah, ahli geografi, antropolog, dan ahli persebaran hewan serta fauna Alfred Russel Wallace," katanya.
Di dalam genus Paracatenula turut ditemukan spesies baru, yakni Paracatenula Porostriata, dan untuk spesies baru yang ditemukan di genus Wallaceago diberi nama Wallaceago Porostriatus. Penemuan itu pun sudah dipublikasikan dalam jurnal internasional.
Baca juga: BRIN: Manfaatkan mikroalga sebagai sumber pangan Indonesia
Selain genus Paracatenula dan Wallaceago, tim peneliti dari UB juga menemukan beberapa spesies baru di dalam genus Catenula dan genus Catenulopsis.
Berdasarkan ringkasan jurnal penelitian yang diterima, disebutkan bahwa terdapat empat jenis spesies baru di dalam genus Catenula, yakni Catenula Boyanensis, Catenula Komodensis, Catenula Decusa, dan Catenula Densestriata.
Lokasi penemuan empat spesies baru dari Genus Catenula itu berada di Pulau Bawean, Pantai Tiga Warna di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dan Teluk Tomini, Sulawesi Tengah.
Kemudian, untuk spesies baru yang ditemukan di dalam genus Catenulopsis adalah Catenulopsis Baweana.
"Kami temukan di Bawean sehingga namanya Baweana," ujarnya.
Ia mengemukakan tahapan penelitian hingga identifikasi terhadap genus dan spesies baru mikroalga ini memakan waktu yang panjang, yakni mulai 2021 hingga 2024, dengan menggunakan teknik analisis morfologi berbasis mikroskop cahaya dan mikroskop elektron pemindai (SEM).
Baca juga: Mahasiswa UGM eksplorasi "superfood" pencegah stunting dari mikroalga
Para peneliti menelusuri keragaman diatom dari sedimen dan pecahan karang mati di kawasan terumbu karang.
Penelitian tersebut turut melibatkan sejumlah universitas dari beberapa negara.
"Universitas dari Polandia itu University of Szczecin dan University of Rzeszow. Terus ada dari Amerika Serikat itu University of Michigan," ucapnya.
Oktiyas menuturkan penemuan ini sangat penting untuk keberlangsungan seluruh kehidupan di bumi, sebab mikroalga tak hanya menjadi dasar dari rantai makanan tetapi juga berperan pada ketersediaan oksigen.
"Mikroalga memiliki tanggung jawab 20 persen oksigen di bumi," tuturnya.
Selain itu, kata dia, penemuan ini merupakan dasar bagi pemantauan lingkungan laut, ekologi perairan tropis, dan kajian paleoekologi.
Baca juga: Menperin dorong pengembangan bioteknologi berbasis mikroalga
"Ini membuktikan bahwa laut di Indonesia menyimpan banyak kehidupan mikroskopik yang belum kami pahami sepenuhnya," ucapnya.
Pewarta: Ananto Pradana
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.