Jakarta (ANTARA) - Majelis Hukama Muslimin (MHM) menghadirkan ruang anak untuk bercerita atau storytelling dalam Islamic Book Fair 2025 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya dongeng bagi tumbuh kembang anak.

Sastrawan Indonesia yang juga dikenal sebagai penyair dan pelukis, Acep Zamzam Noor mengemukakan pentingnya membacakan dongeng pada anak karena akan mempengaruhi perkembangan imajinasi mereka.

"Dongeng yang dibacakan pada anak dapat mempengaruhi perkembangan jiwa, penalaran, termasuk perkembangan imajinasinya. Dongeng tumbuh subur sebagai tradisi universal dalam kehidupan kita. Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri, storytelling juga menjadi sangat penting," ujar pria yang akrab disapa Kang Acep tersebut di Jakarta, Sabtu.

Menurutnya, dongeng tidak sekadar cerita, tetapi memuat kisah-kisah yang sarat dengan nilai akhlak, misalnya tentang bagaimana orang berbuat baik kepada sesama, tetapi di sisi lain juga ada orang yang berbuat jahat pada sesama.

"Sehingga kita bisa mengambil pelajaran dari cerita-cerita tersebut," ujar dia.

Baca juga: Majelis Hukama tebar pesan perdamaian dalam bedah buku di IBF 2025

Baca juga: MHM gelar bedah buku karya Grand Syekh Al Azhar di IBF 2025

Kang Acep mencontohkan salah satu dongeng binatang, yang membuat seseorang bisa belajar bahwa perilaku manusia juga ada di binatang. Ada binatang yang baik, jahat, ada juga yang rajin.

"Membaca cerita juga penting. Dalam karya sastra, selain mendapat pengetahuan, kita juga mendapat nilai-nilai yang kita pelajari dan itu akan membentuk karakter kita dari apa yang kita baca," ucapnya.

Menurutnya, manfaat membaca sangat banyak, dan dengan banyak membaca, anak atau orang dewasa juga akan terdorong untuk bisa menulis untuk menuangkan ekspresi.

"Menulis juga menyehatkan untuk mengeluarkan sesuatu dari diri kita. Anak-anak, remaja, maupun dewasa butuh berekspresi. Anak-anak marah atau bahagia, itu bagian dari ekspresi," tuturnya.

Kang Acep juga menyoroti tentang kemajuan teknologi, termasuk akal imitasi (AI) sebagai sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Namun, menurutnya, hal itu harus disikapi dengan baik, karena melalui digitalisasi, termasuk AI, bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, asalkan manusia tidak terlalu bergantung dan menjadi malas.

"Kita boleh bertanya pada AI atau memanfaatkannya, tetapi jangan mengubah sikap mental kita menjadi malas dan tergantung AI, sehingga proses kreatif tidak jalan. Padahal, bagi anak anak, proses kreatif sangat penting bagi pembentukan karakter di masa mendatang," kata Kang Acep.

Pada kesempatan tersebut, MHM juga menyiapkan ratusan buku berkualitas serta ruang diskusi bermutu bagi para pengunjung. IBF 2025 berlangsung dari 18 hingga 22 Juni 2025.*

Baca juga: Majelis Hukama kembali meriahkan IBF dan hadirkan diskusi soal AI

Baca juga: MHM gelar diskusi peran agama dalam merawat lingkungan di IBF 2024

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.