Jakarta (ANTARA) - Analis kajian Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Muhammad Syaroni Rofii menilai bahwa serangan sepihak Amerika Serikat terhadap Iran semakin membuat dunia dalam ketidakpastian.

"Serangan AS terhadap Iran semakin membuat dunia dalam ketidakpastian," kata Syaroni saat dihubungi ANTARA di Jakarta pada Minggu.

Ia berpendapat bahwa sejauh ini Iran telah menganggap AS sebagai mediator untuk urusan nuklir, namun ketika ada tindakan sepihak tanpa restu PBB, maka itu telah menjadikan posisi AS tidak seperti pemimpin global.

Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, telah mengundang respons dari pihak Iran. "Petinggi Iran sempat menyinggung akan menargetkan aset militer AS di kawasan, jika negara itu sampai ikut campur. Yang pasti İran tidak tinggal diam," katanya.

Selain itu, Syaroni juga mengatakan serangan AS ke Iran juga berdampak pada kondisi di kawasan saat ini.

"Kawasan Timur Tengah tentu akan bergejolak, sebab sekutu AS di kawasan tentu berharap AS dapat menggunakan pendekatan diplomatik namun dengan adanya peristiwa ini maka eskalasi berpotensi terjadi di beberapa titik," katanya.

Ia menambahkan bahwa pada level global, peristiwa itu akan memicu ketegangan lantaran para aktor tidak lagi menganggap hukum internasional dan konsensus sebagai pedoman.

"Yang paling terdampak tentu saja ekonomi global, harga minyak berpotensi naik, rantai pasok berpotensi terganggu manakala ada eskalasi terus menerus," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan konflik di kawasan Timur Tengah saat ini tidak berpotensi menjadi Perang Dunia ke-3 sebab perang besar yang sedang berlangsung akan melibatkan konfrontasi langsung negara-negara besar.

"Yang akan terjadi ke depannya lebih mirip dengan Perang Dingin, di mana perang antar proxy yang dominan," ucapnya.

Baca juga: Perjudian Donald Trump di Iran yang membahayakan dunia

Baca juga: Setelah serang fasilitas nuklir, AS siaga hadapi balasan Iran

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.