PBB (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Minggu (22/6) memperingatkan soal "lingkaran balas dendam" setelah serangan Amerika Serikat (AS) terhadap situs nuklir Iran.

Pengeboman AS terhadap fasilitas nuklir Iran menandai titik balik yang berbahaya di kawasan yang sudah bergejolak itu, ujar Guterres dalam sebuah rapat darurat Dewan Keamanan PBB.

"Sejak awal krisis (Israel-Iran), saya telah berulang kali mengecam eskalasi militer apa pun di Timur Tengah. Masyarakat di kawasan tersebut tidak dapat menanggung siklus kehancuran lainnya. Namun, kita sekarang berisiko terjerumus ke dalam lingkaran balas dendam," papar Guterres sembari memperingatkan.

Untuk menghindari eskalasi lebih lanjut, diplomasi harus dikedepankan, warga sipil harus dilindungi, dan navigasi maritim yang aman harus terjamin, kata Guterres. "Kita harus bertindak -- dengan segera dan tegas -- untuk menghentikan pertempuran dan kembali ke negosiasi yang serius dan berkelanjutan mengenai program nuklir Iran," desaknya.

Guterres menyerukan solusi yang kredibel, komprehensif, dan terverifikasi demi memulihkan kepercayaan, termasuk inspeksi oleh Badan Energi Atom Internasional, badan pengawas nuklir PBB.

Dia menekankan bahwa Perjanjian Nonproliferasi merupakan landasan perdamaian dan keamanan internasional.

Dia juga menambahkan bahwa Iran harus sepenuhnya menghormati perjanjian tersebut. Semua negara anggota harus bertindak sesuai dengan kewajiban mereka di bawah Piagam PBB dan aturan-aturan hukum internasional lainnya, termasuk hukum humaniter internasional, tutur Guterres.

"PBB siap mendukung setiap dan semua upaya menuju resolusi damai. Namun, perdamaian tidak bisa dipaksakan, harus dipilih," ujarnya.

"Kita menghadapi pilihan yang sangat berseberangan. Satu jalan mengarah pada perang yang lebih luas, penderitaan manusia yang lebih dalam, dan kerusakan serius pada tatanan internasional. Jalan lainnya mengarah pada deeskalasi, diplomasi, dan dialog. Kita tahu jalan mana yang benar."

Guterres juga mendesak Dewan Keamanan PBB dan semua negara anggota PBB untuk mengambil tindakan dengan akal sehat, menahan diri, dan menunjukkan urgensi pada perdamaian.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.