PBB (ANTARA) - Direktur Jenderal (Dirjen) Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) Rafael Grossi pada Minggu (22/6) memperingatkan bahwa rezim nonproliferasi internasional berpotensi runtuh jika diplomasi tidak segera dikembalikan, menyusul serangan Amerika Serikat (AS) terhadap situs-situs nuklir Iran pada Sabtu (21/6).

"Rezim nonproliferasi nuklir yang menjadi penopang keamanan internasional selama lebih dari setengah abad kini berada di ujung tanduk. Peristiwa-peristiwa dramatis di Iran menjadi kian serius dengan rentetan pengeboman yang terjadi tadi malam dan potensi meluasnya konflik," ungkap Grossi dalam sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Kita masih memiliki peluang untuk kembali ke jalur dialog dan diplomasi. Jika jendela peluang ini tertutup, kekerasan dan kehancuran dapat mencapai tingkat yang tak terbayangkan, dan rezim nonproliferasi global seperti yang kita kenal saat ini bisa runtuh dan hancur," ujar Grossi memperingatkan.

Iran, Israel, dan kawasan Timur Tengah membutuhkan perdamaian, dan masih ada jalan bagi diplomasi, sebutnya, sambil menekankan pentingnya kembali ke meja perundingan.

Terkait dampak dari serangan AS, Grossi mengatakan bahwa terdapat kerusakan pada struktur bangunan, tetapi tidak ada kebocoran zat radioaktif. Beberapa kawah akibat ledakan terlihat di situs Fordow, lokasi utama Iran untuk pengayaan uranium hingga 60 persen.

Kawah-kawah itu mengindikasikan penggunaan amunisi penembus bunker (ground-penetrating munitions) oleh AS. Saat ini, tidak ada pihak, termasuk IAEA, yang mampu menilai kerusakan bawah tanah di Fordow, lanjutnya.

Di situs nuklir Isfahan, beberapa bangunan tambahan turut terkena serangan, dengan AS mengonfirmasi pihaknya menggunakan rudal jelajah. Sejumlah fasilitas yang berkaitan dengan proses konversi uranium juga termasuk dalam bangunan-bangunan yang terdampak.

Selain itu, di situs Isfahan, pintu-pintu masuk ke terowongan yang digunakan untuk penyimpanan material yang telah diperkaya tampaknya juga terkena serangan, kata Grossi. Di situs pengayaan Natanz, Fasilitas Pengayaan Bahan Bakar kembali menjadi sasaran.

AS mengonfirmasi bahwa mereka menggunakan amunisi penembus bunker, sebut Grossi. Iran telah menginformasikan kepada IAEA bahwa tidak ada peningkatan level radiasi di luar lokasi ketiga situs tersebut, ungkap Grossi.

Direktur IAEA itu mengatakan bahwa lembaganya secara konsisten menekankan bahwa serangan bersenjata terhadap fasilitas nuklir tidak boleh dilakukan dan dapat mengakibatkan kebocoran radioaktif dengan dampak yang serius, baik di dalam maupun di luar batas negara yang diserang.

Dia sekali lagi menyerukan agar semua pihak menunjukkan sikap menahan diri semaksimal mungkin. Eskalasi militer mengancam nyawa serta memundurkan solusi diplomatik untuk jaminan jangka panjang bahwa Iran tidak memiliki senjata nuklir. Eskalasi militer juga mengancam rezim nonproliferasi global, kata Grossi.

"Jangan tutup peluang diplomasi. Jangan biarkan rezim nonproliferasi kandas. Terlepas dari posisi dan pandangan masing-masing individu, satu hal yang pasti, dan ini adalah kebenaran yang sederhana: hidup kita tidak akan menjadi lebih aman jika ada lebih banyak senjata nuklir di lebih banyak negara di seluruh dunia," tutur Grossi.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.