Semarang (ANTARA) - Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menyerahkan dua insinerator untuk Desa Jati Kulon dan Kedungdowo di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang dikelola badan usaha milik desa agar mampu mengolah sampah anorganik.

“Kami sudah membantu mengatasi sampah organik di Kabupaten Kudus sejak tahun 2018, dan kali ini membantu untuk mengatasi sampah anorganik dengan bantuan insinerator untuk dua desa,” kata Program Director Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) Jemmy Chayadi saat penyerahan unit insinerator di Desa Jati Kulon, Kudus, Senin.

Ia mengingatkan bahwa insinerator itu hanya sebuah alat sehingga tanpa keterlibatan semua individu sebagai produsen sampah untuk melakukan pemilahan sampah maka pengelolaan sampah anorganik menjadi tidak optimal.

“Ini pertama kali BLDF membangun insinerator di desa di mana semua warga desanya sudah punya komitmen memilah sampah dan berharap bisa menjadi contoh bagi desa lain," katanya.

Baca juga: Webseries Siap Darling keenam tetap bergenre misteri komedi

Baca juga: Kolaborasi BLDF-IPB-Kompas gelar kampus literasi digital

Bupati Kudus Sam’ani Intakoris mengucapkan terima kasih kepada BLDF yang kembali membantu pengelolaan sampah setelah sebelumnya sudah ikut mengolah sampah organik setempat.

“Sampah ini menjadi masalah di Kudus, bahkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di sini sempat mengalami kelebihan kapasitas karena setiap hari ada 400 ton sampah yang dihasilkan,” katanya.

Dari jumlah tersebut baru setengah sampah yang bisa dikelola termasuk dibantu oleh BLDF yang sudah ikut mengolah sekitar 50 ton sampah organik per hari menjadi kompos

“Adanya insinerator ini tidak hanya akan menghilangkan sampah residu yang selama tidak tertangani tetapi juga akan membantu memusnahkan limbah medis dari rumah sakit dan puskesmas,” katanya.

Ia mengungkapkan, potensi sampah anorganik di Kudus menjadi 160 ton per hari atau 40 persen dari total sampah, tetapi sebagian bisa didaur ulang melalui bank sampah dan sisanya ada sampah residu yang memerlukan insinerator untuk memusnahkannya.

Sementara Deputy Manager BLDF Redi Joko Prasetyo menyatakan insinerator yang diserahkan itu mempunyai keunggulan yaitu mudah dioperasikan dan biaya operasional yang murah karena tidak menggunakan bahan bakar minyak tetapi sampah itu sendiri sebagai bahan bakarnya.

Selain itu, insinerator berkapasitas 350 kg per jam itu lebih aman atau mempertimbangkan keselamatan kerja seperti tak akan terjadi api yang berbalik ke operator.

Hal yang lebih menarik, semua proses pembakaran terpantau secara instan sehingga berapa jumlah sampah yang dimusnahkan terdata secara digital dan bisa menjadi bahan evaluasi rutin.

Kepala Desa Jati Kulon Hery Supriyanto menyatakan semua warga di 1.867 rumah sudah melakukan pemilahan sampah sehingga sekarang semua sampah 100 persen terkelola baik organik maupun anorganik.

“Ke depan di lokasi sekitar insinerator akan dibangun mesin pencacah plastik sehingga semua sampah plastik bisa dicacah dan mempunyai nilai ekonomi,” katanya.

Ia menjelaskan, abu hasil pembakaran itu sementara digunakan untuk mengurug lahan sekitar TPS tempat mesin insinerator itu.*

Baca juga: Generasi milenial makin getol ikut aksi tanam pohon

Baca juga: BLDF tanam 2 juta pohon lebih di berbagai daerah

Pewarta: Budhi Santoso
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.