Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) Riefian Fajarsyah mengatakan film bisa menjadi bentuk alat diplomasi yang paling efektif dan kuat dalam mempromosikan kekuatan budaya atau soft diplomacy ke kancah internasional.
“Soft power atau kekuatan daya tarik ini menjadi elemen kunci. Karena kita pada zaman sekarang ini tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan militer dan ekonomi, tapi juga narasi, nilai, dan budaya yang menggugah, film ini bisa dirasa sebagai alat paling kuat dalam membentuk persepsi global,” kata Ifan dalam acara Creative Talks Road to Kongres Gekrafs 2025 di Jakarta, Senin.
Film bisa mengenalkan budaya Indonesia dengan cara yang berbeda dan mudah diterima, seperti cara Korea Selatan dalam mengenalkan citra budayanya melalui film dan musik.
Baca juga: PFN buka pintu kerja sama global dengan industri penyiaran Tiongkok
PFN ingin mengembangkan industri film dan mengenalkan wajah Indonesia melalui konten. Lembaga itu juga bertransformasi sebagai fasilitator serta akselerator bagi industri film nasional melalui kolaborasi lintas kementerian seperti dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Ekonomi Kreatif.
“Kami menjembatani diplomasi budaya melalui produksi film, kolaborasi lintas negara, dan distribusi yang pastinya terkurasi. PFN hadir pada simpul penting antara seni, diplomasi, dan industri film,” kata Ifan.
Ifan, yang juga Ketua Badan Komunikasi dan Informasi Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Bakominfo Gekraf), mengatakan Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan dalam upaya menempatkan film sebagai alat diplomasi antar negara seperti belum ada regulasi dan pendanaan lintas negara yang mendukung produksi film bersama.
Selain itu, akses film Indonesia ke pasar global masih sangat terbatas, baik dalam distribusi maupun promosi, serta kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur yang belum sepenuhnya siap untuk bersaing di tingkat global.
PFN mengusulkan beberapa langkah untuk menjawab tantangan tersebut, yakni menyamakan narasi nasional yang bisa dibicarakan ke dunia luar, dana diplomasi budaya khususnya proyek film sebagai alat ekspor budaya, penguatan kerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia dan atase kebudayaan, serta membangun kanal digital budaya Indonesia yang bisa diakses secara global.
Dia berharap film turut andil dalam menyebarkan budaya Indonesia kepada dunia internasional.
Baca juga: PFN sebut Ifan Seventeen berkiprah di industri kreatif dan perfilman
Baca juga: Badan Perfilman Indonesia jajaki kerja sama film dengan sineas China
Baca juga: Layar Indonesiana 2025 hadirkan ruang eksplorasi bagi pembuat film
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.