PBB (ANTARA) - Konflik antara Iran dan Israel telah menyebabkan gangguan perdagangan di Afghanistan, yang berdampak pada kenaikan harga barang dan bahan bakar di negara tersebut, demikian disampaikan Perwakilan Khusus PBB untuk Afghanistan, Roza Otunbayeva, Senin.
"Izinkan saya menutup dengan menggemakan seruan Sekretaris Jenderal (PBB) Antonio Guterres untuk segera melakukan de-eskalasi dalam konflik antara Israel dan Iran. Konflik ini sudah berdampak pada Afghanistan, mengganggu perdagangan dan menaikkan harga barang kebutuhan pokok serta bahan bakar," kata Otunbayeva dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang Afghanistan.
Ia menambahkan bahwa tantangan yang dihadapi Afghanistan saat ini akan semakin memburuk jika ketidakstabilan terus meningkat.
Israel melancarkan operasi besar-besaran bertajuk Rising Lion terhadap Iran pada Jumat (13/6) dini hari, dengan tuduhan bahwa Iran tengah menjalankan program nuklir militer secara rahasia.
Angkatan Udara Israel melakukan serangkaian serangan ke berbagai wilayah Iran, termasuk Teheran, yang menewaskan sejumlah pejabat militer senior Iran serta beberapa ilmuwan nuklir.
Beberapa fasilitas nuklir seperti Natanz dan Fordow juga menjadi sasaran.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan dan mengancam akan membalas Israel dengan "nasib pahit dan mengerikan."
Sebagai balasan, Teheran meluncurkan Operasi True Promise III pada Jumat (13/6) malam dan menyerang target-target militer di dalam wilayah Israel.
Iran membantah bahwa program nuklirnya memiliki dimensi militer. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan belum menemukan bukti konkret bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir secara aktif, demikian dikatakan Direktur Jenderal Rafael Grossi, Rabu (18/6).
Penilaian intelijen Amerika Serikat juga mencapai kesimpulan serupa, yakni Iran tidak sedang mengejar senjata nuklir secara aktif, menurut laporan CNN pada Selasa (17/6) mengutip sumber yang memahami isu tersebut.
Mantan Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan yang juga aktivis hak asasi manusia, Craig Murray, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Iran "sangat bertanggung jawab dan sabar" selama beberapa tahun terakhir, meski menghadapi berbagai tindakan dari Israel.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Jerman waspadai ancaman Iran tutup jalur minyak Selat Hormuz
Baca juga: Ancaman Iran tutup Selat Hormuz, harga minyak bisa tembus 130 dolar
Baca juga: Putin: EAEU, Iran akan sepakati pembentukan zona perdagangan bebas
Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.