Teheran (ANTARA) - Ketua Parlemen Iran Mohammad-Bagher Ghalibaf pada Senin (23/6) mengatakan lembaga legislatif sedang mempertimbangkan untuk menyetujui rencana penangguhan kerja sama Teheran dengan badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seiring meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Ghalibaf menuding Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) tidak bersikap "profesional" menyusul serangan terhadap sejumlah fasilitas nuklir Iran baru-baru ini.

"Kami di Majelis Permusyawaratan Islam sedang mempertimbangkan untuk menyetujui rencana penangguhan kerja sama dengan badan tersebut sampai kami menerima jaminan konkret atas sikap profesional mereka," kata Ghalibaf.

Pengumuman ini muncul setelah serangkaian serangan terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran.

Pada 13 Juni, serangan udara Israel menargetkan beberapa lokasi di Iran, termasuk instalasi nuklir dan militer, yang menewaskan beberapa petinggi militer, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.

Amerika Serikat pada Minggu (22/6) dini hari juga ikut melancarkan serangan udara ke fasilitas nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan di Iran.

Eskalasi ini bersamaan dengan resolusi terbaru dari Dewan Gubernur IAEA, yang, untuk pertama kalinya sejak 2005, menyatakan Iran tidak patuh terhadap kewajiban nuklirnya.

Langkah ini diambil menyusul laporan IAEA yang menuding Teheran tidak dapat menjelaskan secara penuh keberadaan bahan nuklir yang terdeteksi di tiga lokasi yang tidak diumumkan, sambil mengungkapkan apa yang digambarkan oleh badan tersebut sebagai kerja sama yang "kurang memuaskan."

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.