Jadi, ini (SPPG) jadinya membangun ekosistem. Menyerap hasil petani, peternak,

Bogor, Jawa Barat (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebutkan, dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) merupakan wujud hilirisasi pangan lokal yang menyerap langsung hasil tani dan ternak dari desa untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Arief menekankan SPPG tidak hanya mendistribusikan makanan bergizi, tetapi membangun ekosistem pangan end-to-end mulai dari produksi, penyerapan, hingga konsumsi oleh masyarakat secara terstruktur dan berkelanjutan.

"Jadi, ini (SPPG) jadinya membangun ekosistem. Menyerap hasil petani, peternak," kata Arief di sela meninjau SPPG Yayasan Citra Sinergi Peduli di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Dalam kunjungan ke Megamendung, Arief menunjukkan contoh hasil pertanian seperti jeruk dan yang diserap langsung dari petani lokal untuk diolah menjadi bagian dari pemenuhan gizi masyarakat.

Baca juga: Kepala Bapanas pastikan keamanan pangan di dapur SPPG Bogor

Ia juga mendorong agar ayam dan telur yang digunakan di dapur SPPG bersumber dari peternak mandiri sehingga manfaat ekonomi dapat dirasakan langsung oleh para pelaku usaha kecil di pedesaan.

Dengan jumlah SPPG yang kini mendekati 2.000 unit dan ditargetkan bertambah menjadi 3.000, ekosistem pangan lokal dipastikan akan semakin kuat dan berdampak luas terhadap kesejahteraan petani-peternak.

"Ini sekarang sudah 1.900 SPPG, kalau dalam waktu dekat bisa 2.500, 3.000 SPPG, sudah kebayang satu SPPG covernya kira-kira 3.000 kan, berarti sudah kebayang akan diserap sedemikian," tutur Arief.

Hilirisasi pangan lokal juga akan terintegrasi dengan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang ditargetkan mencapai 80.000 unit, sebagai pusat distribusi sembako, gas melon, apotek, dan produk pangan strategis.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi (kedua kanan), bersama sejumlah pejabat meninjau dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Bogor, Jawa Bawat, Selasa (24/6/2025). ANTARA/Harianto

Baca juga: Respon keracunan MBG di Bogor, BGN uji lab dan beri teguran SPPG

Arief menyebut sistem ini penting agar petani dan peternak tidak lagi mengalami kerugian karena panen berlebih, seperti membuang cabai atau telur akibat harga anjlok dan penyerapan pasar yang lemah.

Ia juga mengapresiasi Badan Gizi Nasional (BGN) yang telah menjalankan strategi penguatan dapur dan distribusi pangan dengan sinergi berbagai kementerian demi menyukseskan program prioritas Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Arief, inisiatif Presiden Prabowo dalam meningkatkan gizi generasi bangsa melalui SPPG akan menjadi ekosistem pangan nasional yang akan memberi dampak nyata bagi kemandirian pangan Indonesia.

"Karena beliau (Presiden Prabowo) menyampaikan di St. Petersburg International Economic Forum bahwa nomor satu adalah memberi makan kepada masyarakat, swasembada pangan, baru yang lainnya. Jadi memang Pak Presiden punya cita-cita kuat untuk memberdayakan ekonomi di pedesaan," kata imbuh Arief.

Baca juga: Kepala BGN: Saat ini sudah terbangun 1.843 SPPG

Diketahui, dalam kunjungan kerjanya, Arief turut didampingi Deputi Bidang Promosi dan Kerja sama Badan Gizi Nasional (BGN) Nyoto Suwignyo, Deputi Bidang Koordinasi Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan Nani Hendiarti, Wakil Buapti Bogor Jaro Ade dan sejumlah penjabat lainnya.

Arief bersama rombongan melihat langsung uji cepat (rapid test) terhadap sampel pangan segar yang diambil dari SPPG Megamendung serta proses produksi makanan mulai dari pengolahan bahan hingga penyajian akhir makanan.

SPPG Megamendung menyiapkan 3.321 makan bergizi gratis yang menyuplai 13 sekolah terdiri dari satu SMP, delapan SD, dan 4 PAUD.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.