Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Kanada dan Rusia sudah mengajukan proposal untuk turut serta mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.

“Kanada, saya sudah ketemu sama menterinya. Rusia (juga). Ada beberapa negara lain yang saya tidak bisa ungkapkan,” ucap Bahlil setelah menghadiri Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI di Jakarta, Selasa.

Bahlil menyampaikan bahwa peta jalan pengembangan PLTN sudah dibuat hingga 2034, dengan kapasitas mencapai 500 MW. Sebesar 250 megawatt (MW) akan dibangun di Sumatera, dan 250 MW sisanya akan dibangun di Kalimantan.

Baca juga: RI dan Rusia matangkan studi reaktor nuklir modular 500 megawatt

Indonesia berencana untuk menggunakan teknologi SMR (small modular reactor/reaktor modular kecil) untuk di dua lokasi tersebut.

“Namun, kerja samanya seperti apa? Konsep sekarang lagi dibahas. Tawaran mereka sudah kami bahas,” tutur Bahlil.

Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengungkapkan sudah menjajaki Korea Selatan. Akan tetapi, Negeri Ginseng tersebut menggunakan teknologi skala besar.

Baca juga: BRIN kaji teknologi kecerdasan buatan untuk reaktor nuklir

Saat ini, Indonesia sedang mencari referensi untuk negara-negara yang menggunakan teknologi SMR.

Oleh karena itu, pemerintah belum menentukan negara mana yang akan menjadi mitra Indonesia dalam mengembangkan PLTN.D

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.