Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Dr Abdul Mu’ti membuat terobosan baru memacu pendidikan digital di sekolah melalui pembelajaran coding dan kecerdasan buatan.
Menurut Mendikdasmen, pembelajaran itu diharapkan mendorong dunia pendidikan agar bisa mengikuti pesatnya teknologi digital saat ini. Pemberian keterampilan seperti coding dan kecerdasan buatan (Artifical Intelegent/AI) diharapkan akan bisa membantu anak-anak Indonesia untuk menghadapi kemajuan teknologi informatika.
Tampaknya Abdul Mu’ti terinspirasi oleh praktik di banyak negara maju yang sudah memulai pengajaran teknologi tinggi seperti coding dan AI sejak dini.
Jepang misalnya, telah mengajarkan pemrograman komputer sebagai mata pelajaran wajib di sekolah dasar dan sekolah menengah sejak 2016. Saat itu, beberapa kota di Jepang seperti Koga (Prefektur Ibaraki) dan Takeo (Prefektur Saga) telah memasukkan pelajaran pemrograman komputer di sekolah dasar melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan dan relawan. Hal tersebut dilaporkan telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa.
Singapura telah menjadikan coding sebagai mata pelajaran wajib bagi siswa kelas 4 hingga 6 sekolah dasar sejak 2020. Para siswa mendapatkan pembelajaran tersebut melalui sebuah program yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA), bernama 'Code For Fun'.
Dalam tahap awal implementasinya, siswa diwajibkan mengambil program pembelajaran ini selama 10 jam dalam satu tahun ajaran. Program pembelajaran pemrograman sebelumnya telah diberlakukan sebagai mata pelajaran opsional sejak 2014, di mana materi terkait AI dan keamanan siber (cyber security) juga diajarkan. Pemerintah Singapura menyatakan bahwa materi pembelajaran teknologi diberikan untuk mengenalkan cara berpikir komputasional yang merupakan dasar dari coding.
Selain negara-negara tersebut, sejumlah negara maju lain sudah menanamkan pembelajaran pemrograman dan ilmu komputer dalam kurikulum pendidikannya sejak lama. Misalnya, Australia dan Amerika yang memiliki pelajaran khusus sains komputer di seluruh sekolah. Kemudian Finlandia yang mengajarkan coding dalam bentuk e-learning untuk dipelajari siswa secara mandiri, dan masih banyak negara lain yang telah mengajar coding dan sebagainya.
Dengan perkembangan pendidikan di tingkat global seperti di atas maka wajar pada tahun 2025 Kemendikdasmen berencana memperkenalkan pembelajaran coding dan AI ini mulai dari sekolah dasar, dengan menjadikannya sebagai mata pelajaran pilihan pada tahun ajaran 2025-2026. Jika tidak segera dilakukan, pendidikan Indonesia bisa tertinggal dengan negara lain. Pada gilirannya akan membuat Indonesia secara keseluruhan juga ikut terbelakang dalam penguasaan teknologi berbasis komputer.
Karena itu, Kemendikdasmen segera bergerak cepat memperkenalkan pembelajaran coding dan AI bertujuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif terkait dengan coding dan kecerdasan buatan. Materi itu akan menjadi mata pelajaran pilihan bagi sekolah menengah pertama dan sekolah menegah atas pada tahun pelajaran 2025-2026, yang siap secara infrastruktur, sarana dan prasarananya.
Fokus utama kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi era digital dengan keterampilan berpikir kritis, numerasi, dan literasi digital. Pembelajaran coding mengajarkan pola pikir logis dan sistematis, sedangkan AI meningkatkan pemahaman siswa tentang pengelolaan data dan pengambilan keputusan berbasis teknologi.
Pengintegrasian coding dan kecerdasan buatan ke dalam kurikulum pembelajaran merupakan langkah strategis dalam mempersiapkan siswa menghadapi era digital. Mata pelajaran ini bersifat pilihan dan akan diterapkan di sekolah yang memiliki kesiapan dari segi sarana, infrastruktur, serta kemampuan siswa.
Dengan integrasi ini, siswa Indonesia diharapkan dapat bersaing di kancah global dan berkontribusi pada daya saing bangsa, selama ini paling tidak ada tiga model pembelajaran yaitu, internet based, plugged, dan unplugged.
Strategi pembelajaran yang efektif terkait dengan coding dan kecerdasan buatan akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar pada tahun pelajaran 2025-2026. Fokus utama kegiatan ini adalah untuk memberikan keterampilan abad 21 kepada anak-anak, terutama keterampilan yang mendukung penguasaan teknologi digital seperti coding dan AI. Dengan demikian, diharapkan dapat memperkuat keterampilan kolaborasi, kreativitas, dan literasi digital, yang sangat dibutuhkan di dunia kerja digital saat ini.
Pengajaran coding dan AI di SD mesti harus hati-hati. Menurut para ahli perkembangan di laman Ask Dr Sears, otak remaja, terutama prefrontal cortex yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan rasional dan pengendalian impuls, belum sepenuhnya berkembang pada masa remaja.
Pada tingkat SD, pendekatan berbasis permainan dan pembelajaran unplugged (tidak menggunakan perangkat digital) dapat digunakan untuk mengenalkan dasar-dasar berpikir komputasional. Di tingkat SMP, pembelajaran lebih diarahkan pada pemrograman berbasis blok, eksplorasi algoritma sederhana, dan pengenalan konsep kecerdasan artifisial (KA) dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara di SMA dan SMK, peserta didik mulai diperkenalkan pada pemrograman berbasis teks, konsep machine learning, serta aplikasi KA dalam berbagai bidang industri.
Dengan pendekatan yang bertahap dan kontekstual, diharapkan peserta didik tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkannya dalam projek nyata yang dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan problem solving mereka.
Integrasi coding dan kecerdasan artifisial dalam pendidikan tidak hanya meningkatkan literasi digital dan kemampuan penyelesaian masalah, tetapi juga mengajarkan berbagai keterampilan esensial yang mencakup berpikir komputasional, analisis data, algoritma pemrograman, etika, humancentered mindset, design system, dan teknik KA.
Berpikir komputasional mengajarkan peserta didik untuk pendahuluan pembelajaran coding dan kecerdasan artifisial menyelesaikan masalah secara sistematis dan efisien. Komponen berpikir komputasional terdiri dari proses dekomposisi (memecah masalah besar menjadi bagian kecil), pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma membantu peserta didik memahami dan menangani tantangan digital.
Literasi digital bukan hanya tentang menggunakan teknologi, tetapi juga tentang memahami bagaimana teknologi bekerja dan dampaknya. Analisis data dapat membangun kemampuan menganalisis data yang memungkinkan peserta didik memahami informasi yang mereka temui sehari-hari dan membuat keputusan berbasis data.
Algoritma pemrograman mengajarkan peserta didik bagaimana menyusun struktur logis untuk menyelesaikan masalah menggunakan algoritma yang efisien. Human Centered Mindset memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa teknologi bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga bagaimana teknologi dapat memberikan manfaat kepada manusia dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan emosional.
Etika KA memberikan pendidikan pada peserta didik bahwa dengan perkembangan KA yang pesat, peserta didik perlu memahami implikasi etis dari teknologi KA tersebut. Desain sistem KA (AI Design System) berfokus pada bagaimana membangun arsitektur yang optimal dari pengumpulan data hingga implementasi KA.
Teknik dan aplikasi KA (AI Techniques and Application) memberikan panduan penerapan perangkat lunak KA dengan melibatkan berbagai metode yang digunakan dalam pengembangan kecerdasan artifisial.
Urgensi integrasi coding dan KA dalam pendidikan makin meningkat seiring dengan perkembangan Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0, yang menuntut sumber daya manusia unggul dengan pemahaman dan keterampilan digital yang kuat.
Tanpa literasi digital yang memadai, generasi muda akan menghadapi kesulitan dalam bersaing di dunia kerja yang makin berbasis teknologi.
Oleh karena itu, integrasi koding dan KA dalam kurikulum sekolah bukan sekadar inovasi, melainkan kebutuhan fundamental dalam membangun sumber daya manusia yang unggul dan adaptif terhadap perubahan zaman. Pemerintah, sekolah, industri, dan masyarakat perlu bersinergi dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga produsen inovasi yang mampu bersaing di tingkat global.
*) M Aminudin adalah adalah Peneliti Senior Institute for Strategic and Development Studies (ISDS)
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.