Dar es Salaam (ANTARA News) - Para kepala negara dari Masyarakat Afrika Timur (EAC) pada Rabu (13/5) membatalkan pertemuan puncak luar biasa yang mereka rencanakan untuk membahas krisis politik di Burundi, setelah ada laporan mengenai kudeta di negeri tersebut.

"Kepala negara EAC telah mengutuk upaya kudeta yang dilaporkan di Burundi," kata satu pernyataan oleh Direktorat Komunikasi Presiden di Balai Negara di Ibu Kota Komersial Tanzania, Dar es Salaam.

Presiden Tanzania Jakaya Kikwete, pemimpin EAC saat ini dan Presiden Rwanda Paul Kagame serta Presiden Kenya Uhuru Kenyatta berbicara dalam satu taklimat.

Mereka mengatakan kudeta yang dilaporkan itu takkan menjadi penyelesaian yang benar guna mengakhiri krisis politik yang dipicu oleh upaya Presiden Burundi Pierre Nkurunziza untuk mencalon diri yang ketiga kali sebagai presiden.

Lebih dari 10 orang telah tewas dan lebih dari 40.000 orang lagi menyelamatkan diri ke negara tetangga Burundi, Rwanda serta Tanzania.

Presiden Jakaya Kikwete mengatakan pemimpin EAC menerima berita mengenai kudeta militer di Burundi dengan kecewa.

"Ini bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan krisis politik di Burundi," kata Kikwete, sebagaimana dikutip Xinhua.

Para pemimpin EAC meminta badan pemilihan umum Burundi agar membatalkan pemilihan umum yang direncanakan digelar pada 26 Juni sampai situasi stabil.

Mereka juga menyeru para pemimpin Burundi dan organ negara agar menghormati dan kembali ke undang-undang dasar mereka.

Nkurunziza tidak hadir di tempat pertemuan puncak yang dibatalkan itu. Menurut Kementerian Urusan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Tanzania, Nkurunziza telah meninggalkan Tanzania dan kembali ke Burundi.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon juga telah menyeru semua pihak di Burundi agar tenang dan menahan diri.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015