Dari tiga negara terbesar penghasil kakao di dunia itu, Indonesia yang paling stabil
London (ANTARA News) - Pemerintah akan kembali menggencarkan Gerakan Nasional percepatan revitalisasi kakao di Indonesia guna memperluas perkebunan penghasil kakao untuk keperluan ekspor, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di London, Kamis.

"Kita pernah ada Gernas Kakao 2008, waktu itu (anggarannya) Rp1 triliun per tahun untuk revitalisasi perkebunan kakao selama tiga tahun. Ini kita ajukan lagi Rp1,2 triliun supaya lebih meluas lagi karena target Pemerintah 2020 itu produksi biji kakao naik hingga 50 persen untuk ekspor," kata Wapres.

Wapres menjelaskan Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana. Oleh karena itu, Pemerintah berupaya untuk memperluas dan memperbaiki kualitas kakao di Tanah Air sehingga dapat masuk ke pasar internasional, salah satunya kawasan Eropa.

"Dari semua komoditi dunia yang harganya turun, hanya kakao yang naik. Dan dari tiga negara terbesar penghasil kakao di dunia itu, Indonesia yang paling stabil. Ini artinya kita punya potensi penting di bidang ini," ujarnya.

Dengan peningkatan produksi biji kakao di Indonesia, maka hal itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani kakao karena selama ini produksi kakao langsung dari petani kepada industri pengolahnya.

"Produksi kakao itu 95 persen dari petani, itu bagusnya komoditi ini, sehingga pemerataannya bagus dan penghasilannya juga langsung ke petani," tambahnya.

Wapres Kalla berkunjung ke London dalam rangka menghadiri Konferensi Federasi Pedagang Kakao (Federation of Cacao Commerce) se-dunia.

Selain itu, Wapres juga dijadwalkan bertemu dengan Prince Andrew di Buckingham Palace atas undangan jamuan afternoon tea dari Kerajaan Inggris.

Terkait konferensi pedagang kakao, Wapres mengatakan misinya untuk meningkatkan usaha perkebunan kakao di Indonesia supaya dapat meluas hingga menjangkau pasar Eropa.

"Kakao itu hasil pertanian terbesar kita ketiga untuk ekspornya, setelah minyak kelapa sawit dan karet. Akhir-akhir ini, hampir semua komoditas itu turun harganya, kecuali kakao, artinya potensi permintaan dunia terhadap kakao ini makin baik," jelas Wapres.

Indonesia, ujarnya, memiliki potensi besar dalam produksi biji kakao karena tidak banyak negara di dunia yang memiliki perkebunan kakao.

"Tidak banyak negara bisa menghasilkan kakao karena hanya negara-negara dengan iklim tropis itu yang bisa ditanami kakao, sehingga kita punya potensi sangat penting sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia," ujarnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015