... karena sering ditinggal sendiri itu ia leluasa mengakses internet karena fasilitas dalam kamarnya lengkap dengan wifi dan laptop...
Mataram, NTB (ANTARA News) - Penyidik Polres Sumbawa Barat akan memeriksa kondisi kejiwaan JJ, anak di bawah umur yang menjadi pelaku pembunuhan sadis terhadap M Ikram, bocah enam tahun, di Sumbawa Barat, NTB, ke ahli psikologi.  

JJ diduga membunuh dan menyodomi M Ikram pada Rabu (13/5), dan sempat menyembunyikan jasad korban sehari-semalam sebelum ditemukan pada Kamis malam (14/5).

Kasubag Humas Polres Sumbawa Barat, Inspektur Satu Polisi Hofni Nevabureni, yang dikonfirmasi, Jum'at, mengatakan, meski telah melakukan pembunuhan sadis, JJ tampak biasa saja tanpa beban.

Ia terlihat asik bercanda dan main komputer dengan penyidik Perlindungan Perempuan dan Anak Polres.

Bocah yang sejak 2014 di keluarkan dari sekolahnya di salah satu sekolah dasar (SD) di Taliwang itu, pada saat kejadian baru berusia 12 tahun dua bulan dan 17 hari.

"JJ dikeluarkan dari sekolahnya karena terlibat kasus pelecehan seksual terhadap temannya," ujar Hofni.

Kepada penyidik, JJ mengaku kelakuan melawan hukum hingga menghilangkan nyawa orang lain secara sadis itu diinspirasi tontonan dan bacaan porno serta game online. 

JJ sendiri tinggal di kos bukan berasal dari keluarga tidak mampu. Ayah JJ, Er (52), merupakan karyawan bagian bagian pelatihan-pendidikan, di perusahaan tambang multi nasional di kecamatan Sekongkang.

Tidak heran kebutuhan hidup JJ sehari-hari tercukupi dengan baik. Di kamar kosnya, JJ juga dipasangkan jaringan internet, lengkap dengan laptop dan perangkat audio video, serta jaringan TV berlangganan.

JJ sangat mahir bermain internet dan dapat dengan mudah mengakses situs-situs porno yang kemudian mempengaruhi orientasi seksualnya.

H Usman, pemilik kos-kosan tempat tinggal JJ, menyatakan sehari-hari JJ jarang keluar dari kamar, kecuali untuk sekolah. Er, ayah JJ sudah tinggal di kos-kosan tersebut selama 15 tahun, sejak JJ belum lahir.

H Usman mengaku pernah mengusir Er dari kos-kosan miliknya tetapi yang bersangkutan tidak mau keluar.

"Sejak dikeluarkan dari sekolahnya pada 2014 lalu, JJ hanya tinggal di kamar. Berkomunikasi dengan penghuni kos yang lain juga jarang. Perilaku yang sama juga ditunjukkan ayahnya, meski sudah tinggal belasan tahun disini. Baru komunikasi dengan saya ketika akan berangkat keluar daerah untuk waktu cukup lama," kata Usman.

Meski demikian, sehari-hari JJ termasuk anak yang mandiri. Saat ayahnya masuk kerja malam dan berangkat ke luar kota untuk beberapa hari, JJ selalu ditinggal sendiri.

Kondisi itu dialami sejak ayah dan ibunya bercerai sekitar dua tahun lalu. Usman memperkirakan perceraian kedua orangtuanya ditambah didikan ayahnya yang keras mempengaruhi kondisi kejiwaan JJ.

"Kalau ayahnya pergi, ia ditinggal sendiri dan mengurus keperluannya sendiri, termasuk memasak. Mungkin karena sering ditinggal sendiri itu ia leluasa mengakses internet karena fasilitas dalam kamarnya lengkap dengan wifi dan laptop," ungkapnya.

Meski Er tidak ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut, H usman mengaku sudah tidak menerima jika yang bersangkutan kembali ke kos miliknya.

"Saya sudah titip salam lewat polisi agar yang bersangkutan tidak kembali lagi ke sini," katanya.

Pewarta: Nirkomala
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015