Jakarta (ANTARA News) - Mantan Hakim Agung Benyamin Mangkudilaga dikenang sebagai tokoh hukum Indonesia yang berani dan jujur di mata rekan kerja dan bawahannya.

"Kami teringat beliau sebagai pejuang hukum yang tidak pernah takut. Ketika kami berbincang bersama, kami selalu berbicara tentang masa depan Indonesia," kata Mohammad Laica Marzuki, mantan Hakim Agung yang dilantik bersama Benyamin Mangkudilaga pada 2000, usai menunaikan Shalat Jenazah di Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat.

Laica Marzuki mengungkapkan contoh keberanian mantan Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Jakarta itu adalah ketika memenangkan Majalah Tempo atas Menteri Penerangan pada akhir 90-an.

"Pada kasus Majalah Tempo, dia berani berbeda pendapat dengan pemerintah. Dia pertahankan kebenaran dan ketika menentukan putusan dia tidak takut," imbuhnya. "Indonesia akan kehilangan sosok hakim seperti dia, kami selalu mengenangnya."

Sementarta itu mantan bawahan Benyamin Mangkudilaga di PTTUN Jakarta pada 1998, Ferry Armanza, menyebutnya sebagai sosok pemimpin yang disiplin dan berani.

"Yang putih itu harus tetap putih, jangan kita nodai," kata Ferry Armanza Panitera Muda PTUN Serang menirukan pesan yang sering diucapkan Benyamin Mangkudilaga apel pagi di PTTUN Jakarta 17 tahun lalu.

Pesan dan sikap Benyamin Mangkudilaga yang kerap memberikan contoh disiplin tepat waktu, mengajak anak buah berolahraga bersama, serta mengingatkan untuk berkarir jujur menjadi kesan yang melekat bagi Ferry.

"Bapak bilang, berkarirlah seperti naik tangga, perlahan namun jujur. Sebagai pejabat tidak perlu tergiur tawaran-tawaran yang bisa mengubah putusan," kata Ferry yang datang langsung dari Serang untuk mengantar almarhum ke pemakaman.

Mantan hakim agung Benyamin Mangkudilaga meninggal dunia di Rumah Sakit Jakarta karena sakit jantung, Kamis pukul 16.30 WIB.

Benyamin Mangkudilaga memulai karir tahun 1962-1967 sebagai Asisten Dosen FH UI kemudian menjadi Hakim PN Rangkas Bitung (1967-1974), Hakim PN Denpasar (1974-1979), Hakim PN Jakarta Utara (1979-1982).

Ia diangkat Wakil Ketua PN Bale Endah Kabupaten Bandung (1982-1987), Ketua PN Cianjur (1987-1991), dan Ketua PTUN Surabaya (1991-1993).

Ia kemudian dipercaya menjadi Hakim Tinggi PTTUN Medan (1996-1998), PTTUN Jakarta (1998-1999), kemudian menjadi Hakim Agung pada 2000.

Usai dishalatkan pada pukul 13.00 di Mesjid Jannatin, Cilandak, jenazah Benyamin Mangkudilaga kemudian langsung dibawa ke Al-Azhar Memorial Garden, Karawang Jawa Barat.

Pewarta:
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015