Jakarta (ANTARA News) - Untuk mencegah terjadinya kekurangan hormon tiroid yang berdampak pada terganggunya pertumbuhan otak, maka bayi sejak usia tiga hari perlu menjalani skrining, menurut Direktur Bina Kesehatan Anak, Kementerian Kesehatan RI, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc.

"Tiga atau lima hari idealnya bayi perlu diperiksa (skrining). Kalau terlalu cepat, dikhawatirkan masih ada hormon tiroid ibu. Sedangkan kalau terlambat, sel otak bisa-bisa sudah tidak berkembang," ujar Jane di sela seminar publik Pekan Peduli Tiroid Internasional 2015, di Jakarta, Selasa.

Jane mengatakan, hormon tiroid berperan pada metabolisme tubuh, salah satunya pertumbuhan otak anak.
"Kalau kurang hormon tiroid, kita jadi cebol, otak juga cebol, idiot, mental terbelakang dan cacat," kata Jane.

Gangguan tiroid akibat hipotiroid kongenital atau kekurangan hormon tiroid sejak dalam kandungan dapat terdeteksi melalui skrining atau pemeriksaan sampel darah di laboratorium. Bagi bayi yang positif mengalami penyakit akibat gangguan tiroid dapat dilakukan intervensi dini berupa terapi sulih hormon levo-tiroksin. Jika terapi ini dimulai sebelum bayi berusia satu bulan, anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal sesuai potensinya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. dr. Ahmad Rudijanto, SpPD-KeMD, mengatakan, produksi hormon tiroid dipengaruhi asupan yodium.

Menurut dia, konsentrasi yodium, di dalam garam pada tingkat produksi mencapai kisaran 20-40mg/kg garam. Khusus pada ibu hamil dia menyarankan asupan 200 mikrogram garam per hari. Sementara pada orang dewasa, asupan garam yang disarankan ialah sekitar 150 mikrogram per hari.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015