Los Angeles (ANTARA News) - Pando, pohon yang telah hidup selama 80.000 tahun, dipilih sebagai lambang bagi 10th International Whitehead Conference dan 9th Ecological Civilization International Forum, karena mengajarkan manusia cara hidup berkelanjutan.

Penyelenggara konferensi menyatakan di situs web konferensi bahwa mereka mengambil namanya untuk mengidentifikasi gerakan baru yang diilhami oleh hubungan ekologi yang menghubungkan semua manusia, Pando Populus ("populus" adalah genus dari spesies-spesies pohon berbunga).

Pando dalam Bahasa Latin berarti "Saya menyebar". Pohon itu ditemukan tahun 1990-an di dekat Lake Fish di Utah.

Setelah pemeriksaan DNA dan pemeriksaan lain, para ilmuwan menemukan sekitar 105 acre pohon-pohon aspen memiliki sistem akar tunggal yang sama.

Di atas tanah, Pando terlihat seperti kumpulan dari 40.000 pohon lebih, tapi di bawah tanah, semua pohon itu hanya terhubung oleh satu sistem akar yang besar.

Setiap batang pohon itu secara genetik identik. Jadi pada kenyataannya, sebagai satu organisme hidup tunggal, itu adalah pohon terbesar dan tertua di dunia.

John Cobb Jr., ahli filsafat dan teologi pendiri Center for Process Study yang menggelar konferensi tahun ini, mengatakan Pando memberi umat manusia setidaknya tiga pelajaran.

"Ketika kita melihat hutan aspen, kita sedang melihat banyak individu pohon," kata John Cobb tentang pelajaran pertama.

"Kadang mereka kooperatif, tapi kebanyakan mereka bersaing seperti pepohonan saling bersaing untuk memperoleh sinar matahari," tambah dia.

"Pando, dan setiap pohon aspen, bukan individu pohon yang terpisah, semua pohon itu bergantung pada pohon lain, dan mereka semua mendukung dan didukung oleh satu sistem akar yang sama, yang membuat orang berpikir, apa yang terlihat seperti individu terpisah mungkin sesungguhnya bukan individu yang terpisah."

Ia menjelaskan bahwa sistem tempat banyak hal terlihat seperti individu sesungguhnya bersatu dan kondisi itu yang membuat Pando bisa hidup selama 80.000 tahun.

"Itu berarti pohon tersebut telah bertahan dari semua jenis perubahan iklim, ekologi, dan yang lainnya, lebih dari makhluk hidup lain. Jadi keterhubungan punya nilai pertahanan hidup yang sangat besar. Itu adalah pelajaran kedua yang bisa diambil dari Pando," tuturnya.

Cobb (90), yang menulis "Is It Too Late? An Ecology of Theology" pada 1970, dalam 40 tahun terakhir terus mendesak umat manusia bertindak merespons perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup yang mengancam kelangsungan hidup manusia.

"Kita mengambil pelajaran ketiga bahwa meskipun Pando bisa bertahan hidup sedemikian lama, dia tetap membutuhkan lingkungan alami," kata Cobb.

"Kita telah mengganggu lingkungan hidup alami Pando selama beberapa tahun," tambah dia.

Satu hal yang menarik dan penting, dia melanjutkan, ialah bagaimana kita telah membunuh semua pemangsa, di antaranya srigala, sehingga populasi rusa tak terkendali.

"Rusa mengkonsumsi hampir semua tunas muda pohon kayu untuk menghindari kelaparan. Jadi selama beberapa dasawarsa tak ada pohon baru."

"Ketidak-pekaan manusia terhadap proses alam dan pemahaman ekologi, melakukan apa yang segera membuat kita nyaman, membunuh Pando," kata Cobb.

Saat ini proyek regenerasi sedang dilakukan agar pohon tua itu bisa hidup lebih lama.

Berkaca pada Pando, Cobb ingin menyatukan orang-orang yang bekerja pada bidang-bidang berbeda untuk membuat perubahan.

Tiga tahun lalu mempersiapkan 10th International Whitehead Conference guna membahas bermacam topik yang berkaitan dengan peradaban ekologi.

"Banyak orang yang menginginkan perubahan, dan yang punya ide-ide bagus tentang perubahan. Tapi mereka cenderung bekerja dengan cara sangat terfragmentasi. Jadi saya ingin membuat orang bekerja bersama untuk membuat perubahan," kata Cobb.

"Sebagai pria 90 tahun, saya tidak punya keinginan lain. Hal terakhir yang ingin saya lakukan adalah menyelenggarakan konferensi ini," kata dia seperti dilansir kantor berita Xinhua.(U.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015