... kami tetap bertanggung jawab dengan melakukan upaya penanggulangan demi lingkungan hidup...
Cilacap, Jawa Tengah (ANTARA News) - Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap memastikan bahwa minyak yang tumpah dan mengotori Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah, pekan lalu merupakan minyak berjenis Marine Fuel Oil (MFO) 180.

"Sementara minyak yang ada di SPM (Single Point Mooring) adalah minyak berjenis Arabian Light Crude (ALC)," kata General Manager Pertamina RU IV Cilacap, Nyoman Sukadana, di Cilacap, Senin siang.

Sukadana mengatakan hal itu saat menggelar konferensi pers terkait tumpahan minyak di Pantai Teluk Penyu yang terjadi pada tanggal 25 Mei 2015.

KOnferensi pers tersebut juga dihadiri sejumlah pejabat Pertamina RU IV Cilacap di antaranya Legal and General Affairs Manager, Eko Hernanto, Health Safety and Environment (HSE) Manager, Leodan Hadiin, dan Public Relations Section Head, Musriyadi.

Lebih lanjut, Sukadana mengatakan, jenis minyak yang mengotori Pantai Teluk Penyu itu diketahui berdasarkan hasil uji laboratorium Pertamina RU IV terhadap sampel minyak dari lokasi kejadian,

Dalam hal ini, Pertamina RU IV mengambil sampel di 10 lokasi berbeda dalam jangkauan Pantai Teluk Penyu.

"Hasilnya, jenis minyak di Pantai Teluk Penyu berbeda dengan minyak yang ada di SPM. Dengan demikian, berdasarkan hasil investigasi sementara, ceceran minyak di Pantai Teluk bukan berasal dari SPM yang sempat mengalami kerusakan pada tanggal 20 Mei 2015," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium dari beberapa instansi di antaranya Badan Lingkungan Hidup Cilacap, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, serta kepolisian.

Ia mengharapkan hasil uji laboratorium tersebut akan keluar dalam waktu dekat.

Terkait asal MFO 180 yang mengotori Pantai Teluk Penyu, Sukadana mengatakan, berdasarkan hasil simulasi salah satu perguruan tinggi, minyak itu berasal dari kapal-kapal yang sedang antre menunggu giliran masuk ke dermaga.

Menurut dia, salah satu kapal pengangkut MFO, yakni MT Martha Petrol diketahui kandas di batu karang dengan posisi miring hingga lambungnya mengalami kerusakan di lepas Pantai Teluk Penyu pada tanggal 3 Mei 2015.

"Kapal tersebut memuat produk MFO 180 sebanyak 24.000 kiloliter dan MFO 380 sebanyak 5.000 kiloliter," katanya.

Sesuai ketentuan, kata dia, kapal pandu seharusnya mengawal kapal yang akan masuk ke dermaga sejak "Buoy 0" bukan menunggu di Buoy 3 seperti yang dilakukan terhadap kapal MT Martha Petrol karena alur pelabuhan di Cilacap banyak hambatannya.

Oleh karena kapal MT Martha Petrol kandas dengan posisi miring, lanjut dia, muatan MFO dari kapal itu dipindahkan ke kapal cargo lain dan dapat berlangsung dengan baik.

Terkait kerusakan pada SPM, dia mengatakan bahwa hal itu dapat segera ditangani dan perbaikannya selesai pada tanggal 21 Mei 2015 sehingga bisa digunakan kembali.

Bahkan hingga saat ini, kata dia, sekitar dua kapal telah melakukan bongkar muatan di SPM.

Sementara itu, Legal and General Affairs Manager Eko Hernanto mengatakan bahwa pihaknya baru mengetahui kabar mengenai adanya kerusakan di lambung kapal MT Martha Petrol pada tanggal 26 Mei 2015 karena proses pemindahan muatannya harus menunggu waktu lama lantaran harus dilakukan atas izin Kementerian Perhubungan.

Selain simulasi perguruan tinggi mengenai dugaan asal MFO, kata dia, pihaknya juga mengumpulkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi arus laut pada saat itu guna dimasukkan dalam sistem untuk dilakukan simulasi.

Berdasarkan simulasi yang mengacu pada data BMKG, lanjut dia, arah sebaran minyak di Pantai Teluk Penyu bukan berasal dari SPM.

Menurut dia, pihak yang bertanggung jawab atas tumpahan minyak itu adalah pemilik kapal karena kejadiannya bukan di kawasan Pertamina.

"Kendati demikian, kami tetap bertanggung jawab dengan melakukan upaya penanggulangan demi lingkungan hidup," katanya.

Terkait simulasi berdasarkan data BMKG, HSE Manager Leodan Hadiin mengatakan bahwa posisi SPM berada di sebelah tenggara-selatan Pulau Nusakambangan (ujung timur Nusakambangan) atau selatan-barat daya Pantai Teluk Penyu sedangkan posisi kapal MT Martha Petrol di sebelah selatan-tenggara Teluk Penyu.

"Berdasarkan data BMKG pada rentang waktu 19-26 Mei, angin dominan bertiup dari arah timur dan tenggara sekitar 50 persen," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, jika angin dari timur dengan posisi SPM di sebelah selatan-barat daya Teluk Penyu, sebaran minyak akan mengarah ke selatan Pulau Nusakambangan.

Dengan demikian, lanjut dia, potensi tumpahan minyak dari SPM yang terjadi pada tanggal 20 Mei sangat kecil ke arah Teluk Penyu sehingga yang paling memungkinkan adalah dari kapal MT Martha Petrol. 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015