Jakarta (ANTARA News) - Bagi umat muslim, puasa merupakan ibadah yang diwajibkan, penyandang diabetes pun dapat menjalankan puasa seperti umat muslim lainnya dengan berkonsultasi dengan dokter sebagai langkah awal.

"Kepada diabetisi jangan ragu, jangan takut untuk berpuasa, karena dokter tidak melarang, namun ada kriteria tertentu," dr. Luki Mulia, Medical Manager Novo Nordisk Indonesia di Jakarta, Rabu.

Dari survey yang dilakukan Novo Nordisk, mayoritas dokter justru tidak menghalangi pasiennya untuk berpuasa, 36 persen mendukung dan 42 persen netral.

Namun, menurut dr. Luki, dengan konsultasi kepada dokter dapat membuat pasien lebih aman dalam berpuasa, mengingat banyaknya gangguan kesehatan yang dialami diabetesi.

dr. Luki menyebutkan sebanyak 52 persen penyandang diabetes terpicu untuk membatalkan puasanya karena hipoglikemia (gula darah rendah).

"Diabetes adalah gula darah tinggi tapi justru pasien mengatakan hipoglikemia, gula darah rendah, justru menjadi alasan untuk membatalkan puasa," ujar dia.

Untuk itu, dr. Luki menyarankan kepada diabetesi untuk menyiapkan diri tiga bulan sebelum menjalankan ibadah puasa.

"Penting bagi dokter, supaya gula darah dapat dikontrol untuk persiapan menjelang puasa, minimal satu bulan sebelumnya, agar pasien bisa menjalankan ibadah puasa dengan nyaman dan aman," kata dia.

Dengan berkonsultasi dengan dokter, Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD mengatakan dokter dapat memberikan adjusment yang tepat, dan pasien juga dapat mengontrol pola makan.

"Puasa Ramadhan merupakan kesempatan kita untuk meningkatkan kualitas hidup di bidang kesehatan, namun diabetes harus terkontrol agar komplikasi bisa dicegah," ujar dia.

"Yang penting pasien harus tahu kapan harus berbuka, dan tidak memaksakan untuk berpuasa," tambah dia.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015