Jakarta (ANTARA News) - Jurnal literatur kontemporer Monkey Business ingin memperkenalkan karya penulis Jepang ke pembaca di penjuru dunia, kata editor Monkey Business Roland Nozomu Kelts di Japan Foundation Jakarta, Senin. 

"Banyak penulis yang kualitas karyanya sama dengan Haruki Murakami namun tertutup bayang-bayang Murakami," Kelts menuturkan tujuan jurnal Monkey Business yang kini telah terbit di edisi kelima. 

Penerbit Jepang yang diprakarsai penerjemah kenamaan Motoyuki Shibata awalnya hanya menerbitkan edisi berbahasa Jepang pada 2008.

Tiga tahun kemudian, Monkey Business yang diambil dari judul lagu Chuck Berry kesukaan Motoyuki diterbitkan dam edisi bahasa Inggris untuk menjangkau pembaca internasional. 

"Ada berbagai bentuk seperti manga, fiksi, puisi, esai atau artikel," imbuh Kelts. 

Ia mengemukakan karya yang bisa masuk ke Monkey Business melewati seleksi ketat. Butuh pertimbangan matang untuk menentukan karya seperti apa yang dapat diminati pembaca luar Jepang. 

"Anda butuh semacam indra keenam," seloroh Kelts. "Karena belum tentu karya yang tenar di Jepang bisa disambut hangat di negara lain."

Nama besar Motoyuki di Jepang membuat para penulis tidak pikir panjang saat diajak berkontribusi dalam jurnal tersebut, papar Kelts. 

Berbagai tulisan dalam jurnal yang dijual secara fisik maupun digital itu kemudian diterjemahkan agar pembaca non Jepang dapat menikmati isi tulisan kontemporer Negeri Sakura. 

Kelts yang tulisannya kerap dimuat di surat kabar AS dan Jepang itu mengemukakan Motoyuki berharap jurnal tersebut dapat membuat dunia mengenal dunia literatur Jepang lebih luas lagi. 

Oleh Nanien Yuniar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015